9 Apr 2011

Tafsir Surat Al-baqarah

Pahala Membaca Surah Al-Baqarah
قال رسول الله (ص): ان لكل شبئ سناما, وسنام القران سورة البقرة, من قرئها في بيته نهارا لم يدخل بيته شيطان ثلاثة ايام, ومن قراها في بيته ليلا لم يدخله شيطان ثلاثة ليال
Nabi Saw bersabda: "Setiap segala sesuatu memiliki puncak (ketinggian), sedang puncak atau ketinggian  Al-Quran adalah surah Al-Baqarah. Barang siapa membaca surah ini di rumahnya pada siang hari, niscaya setan tidak akan memasuki rumahnya selama tiga hari, dan jika Ia membacanya di malam hari setan tidak akan memasuki rumahnya selama tiga malam." 


Ayat 1 dan 2

الم (1). ذلِكَ الْكِتابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدىً لِلْمُتَّقِينَ. (2)

Di dalam Al-Quran terdapat 29 surat yang dimulai dengan huruf semacam ini.
Polemic yang amat dahsyat diantara para mufassir berkenan dengan maksud yang terkandung dan tersirat dalam huruf muqata'ah tersebut adalah hal yang tak dapat dihindari. Aminul Islam Thabarsi menyebutkan sekitar 10 pendapat tentangnya. Ayatullah Javadi Amuli, filsuf moderen dan mufasir besar membawakan sekitar 20 pendapat dalam kitab Tasnimnya. Ayatullah Makarim Syirazi hanya menyebutkan satu pendapat saja dalam kitab al-Amtsal beliau.

Beliau berpendapat bahwa huruf muqatha'ah yang terdapat di awal surat Al-Quran yang salah satunya berada dalam surat Al-Baqarah ini mengindikasikan kemu'jizatan Al-Quran. Allah SWT dengan huruf-hiruf tersebut ingin memahamkan manusia bahwa Al-Quran tersusun dari huruf semacam alif, ba', lam, mim dan seterusnya, sebagaimana manusia juga menggunakannya dalam percakapan, tulisan dan untuk segala aktifitasnya, hanya dari bahan dan dasar yang sama (huruf-huruf Hijaiyah) Kami dapat membuat susunan bahasa yang amat apik dengan kandungan yang luar biasa dalam, detail, ilmiah, selalu hangat dan aktual, dan…….. Sebagimana dari tanah dan lempung kalian wahai manusia hanya mampu membikin kendi, rumah dan…. Sedang Kami dari tanah tersebut mampu menciptakan kalian makhluk terbaik di muka bumi.
Aytullah Makarim membawakan dua syahid (bukti) untuk menguatkan pendapat yang beliau pilih ini, kedua bukti tersebut adalah sebagai berikut;
  1. Riwayat dari Imam Ali As-sajad As yang kurang lebih kandungannya demikian;"kaum Quraiys dan yahudi sungguh telah mendustakan Al-Quran, mereka mengatakan Al-Quran sebuah sihir yang nyata, Allah menjawab tuduhan dan tudingan tersebut dengan berkata:"ألم ذلك الكتاب لاريب فيه "
  2. Riwayat dari Imam Ridha As, dalam sabda beiau:"Sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan Al-Quran dengan huruf-huruf yang lumrah digunakan oleh semua bangsa arab, kemudian berfirman:"katakanlah:"andai manusia dan para jin berembuk dan berkumpul guna untuk membuat seperti al-Quran niscaya mereka tidak akan mampu". Artinya wahai Muhammad kitab yang Aku turunkan padamu adalah huruf-huruf hijaiyah seperti alif lam dan mim, dan ini dari bahasa arab dan dengan huruf hijayah yang kalian gunakan, maka bikin dan buatlah hal yang sama dengannya jika kalian memang jujur".Di samping itu kalau kita perhatikan lebih detail lagi, ada bukti lain yang menguatkan pendapat ini, yaitu sekitar 24 surat dari 29 surat yang diawali dengan huruf-huruf semacam ini, selalu diikuti dengan ungkapan akan keagungan Al-Quran, hal ini menunjukkan hubungan dan relasi yang erat antara huruf-huruf tersebut dengan keagungan kitab agung ini. Sebagai sebuah contoh dalam surat Hud, Luqman, Naml, dan A'raf.
****
Adapun ayat kedua mengatakan ذلِكَ الْكِتابُ لا رَيْبَ فِيهِ hal ni mengisyaratkan bahwa Allah telah menjanjikan nabiNya untuk menurunkan kitab pedoman bagi para pencari hakikat, kitab yang tidak terdapat keraguan didalamnya bagi mereka yang mempunyai hati nurani, alat pengliatan dan pendengaran. Dan Allah sekarang telah menepati janjiNya, seraya berfirman : ذلِكَ الْكِتابُ . .
Adapun ungkapan    لا رَيْبَ فِيهِ bukanlah sekedar klaiman, akan tetapi sebuah penegasan akan hakikat Quran yang terpampang di hadapan semua orang. Dengan kata lain Quran sendiri dengan keagungan, keserasian, kedalaman arti, dan keindahan susunannya, merupakan bukti akan kebenaran.
Dan dengan berlalunya sang masa Quran tidak pernah merasa kehilangan keaktualannya, sebaliknya  hakikat-hakikat Quran semakin bertambah seiring dengan bertambahnya sang waktu dan perkembangan sain dan ilmu pengetahuannya.

Pemakaian kata  ذلِكَ dikarenakan keagungan yang tersimpan dalam Quran.

Hidayah
Hidayah ada dua:
  1. Takwini yang mencakup segala macam mahluk.
  2. Tasyr'I, ini dapat terlaksana berkat pengutusan para nabi dan kitab-kitab yang diturunkan pada mereka, dengannya manusia dapat mencapai ksempurnaannya.
Kenapa hidayah khusus bagi kaum mu'min saja, bukankah seruan Quran itu diperuntuk seluruh manusia tanpa terkecuali?
Manusia tiak akan adapat menerima petunjuk dan bimbingn kitab dan seruan para nabi, kecuali mereka telah sampai pada tingkat ketaqwaan (tingkat penyerahan terhadap Yang Maha Haq), dan menerima hal yang sesuai dengan akal dan naluri.
Dengan kata lain mereka yang tidak beriman itu ada dua kelompok:
  1. Mereka yang tidak keras kepala.
  2. Mereka yang keras kepala, panatik, dan congkak.
Dengan ungkapan ketiga selain kepiawayan / kekuasan subyek (Failiyatul Fail), potensi obyekpun (Qabiliyatul qabil)  juga merupakan syarat akan terjadinya sebuah petunjuk. Dalam hl ini kita dapat umpamakan sebuah lahan tandus dan keras yang tidak akan dapat menumbuhkan tumbuhan manapun kendati berkali hujan mengguyur permukaannya.

وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِما أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَ ما أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَ بِالآْخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ

أُولئِكَ عَلى هُدىً مِنْ رَبِّهِمْ وَ أُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Di awal surat Baqarah, Al-Quran membagi manusia pada tiga golongan. Di mana pembagian ini disesuaikan dengan reaksi yang mereka tunjukan terhadap Islam, tiga golongan tersebut adalah:
1. Golongan Mutaqin: mereka adalah orang-orang yang telah menerima segala dimensi ajaran Islam.
2. Golongan kafir: mereka berada di arah berlawanan golongan pertama, mereka juga mengakui keingkaran mereka, serta mereka tidak segan-segan menampakkan permusuhannya dengan Islam baik melalui ucapan maupun tindakan.
3. Golongan munafik: mereka memiliki dua wajah dan karakter, di depan kaum muslim mereka berlagak sebagai pribadi muslim, sedang di depan musuh-musuh agama ia berbaur dengan kekafiran mereka.
Golongan ketiga lebih berbahaya bagi Islam dibanding golongan kedua. Atas dasar ini Al-Quran sangat ekstrim dan super keras dalam rangka menghadapi mereka.
Klasifikasi semacam ini tidak hanya khusus bagi agama Islam, akan tetapi semua agama dan aliran manapun di dunia, senantiasa dihadapakan pada tiga kelompok tersebut, ada yang menyakini, ada yang mengingkari, dan adapula yang bermuka dua mengaku beriman namun di dalam hati kecilnya ia mengolok-olok agama atau aliran tersebut. Sebagaimana hal ini juga tidak hanya berkaitan dengan sebuah waktu tertentu, akan tetapi hal ini senantiasa terjadi di setiap masa.
Ayat ketiga sampai kelima surat Baqarah menjelaskan ciri-ciri golongan pertama;
1. Iman terhadap hal-hal gaib.
2. Berdialog (menjalin kontak dan hubugan) dengan Allah SWT. Al-Quran menggunakan kata shalat karena ia merupakan simbol dialog seorang hamba dengan tuhannya, mereka tidak akan tunduk pada segala bentuk arca; harta, wanita, tahta, dan lain-lain.
3. Orang-orang yang bertaqwa, selain mengadakan hubungan dan kontak dengan tuhan, iapun juga tidak melupakan hubungannya dengan sesamanya.
Quran juga tidak mengatakan akan tetapi mengatakan supaya juga mencakup nikmat lain sepeti ilmu, tenaga, posisi dan lain-lain. Sebagaimana sabda Imam Shadiq as:" beliau bersabda:
Perlu diperhatikan infaq merupakan undang-undang dan sistem universal dalam alam materi terlebih dalam struktur tubuh. Hati tidak bisa bekerja dan hidup sendiri, ia harus membaginya dan mendistribusikannya kepada organ tubuh yang lain, sehingga sekujur tubuh dapat bekerja sejara normal dan benar.
Pada dasrnya hubungan dengan sesama merupakan imbas dari hubungan yang dibina antara mansuia dan tuhannya.
4. Iman terhadap para nabi.
5. Iman terhadap Hari Kebangkitan, iman bahwa manusia tidak dicipta sia-sia karena keadialn tuhan menuntut demikian. Lupa akan hari perhitungan adalah pangkal segala kerusakan, kezaliman, dan dosa, dan ujung-ujungnya akan mnyeretnya pada siksa tuhan.
Dipakainya kata على dalam ayat ini sebagai isyarat kalau petunjuk tuhan merupakan sebuah perahu yang dinaiki para mutaqin untuk menyampaikannya kepada kebahagiaan dan kemenangan. Hal ini على sering kali dipakai untuk ungkapan isti'lak.
Sedang kata hidayah dengan bentuk nakirah sebagai pertanda akan keagungan hidayah yang dianugerahkan Allah SWT kepada mereka.
هُمُ الْمُفْلِحُونَ memberikan arti inhishar, artinya hanya jalan merekalah yang mampu membawa manusia kepada kebahagiaan.

http://www.qurandanhadits.com/Tafsir-Tartibi/tafsir-surah-al-baqarah-1.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar