5 Apr 2011

~Kecantikan Sumber Malapetaka~


Cerita ini hanyalah fiktif belaka, saya menulisnya karena hanya ingin menyampaikan sebuah pesan bahwa "Ketampanan/Kecantikan tanpa berdampingan dengan Ilmu maka hanya akan mendatangkan musibah". Silahkan menyimaknya, mudah2an ada pelajaran berharga yang bisa dipetik dan bermanfaat.....Salam..

Sumber Malapetaka
Aku adalah seorang gadis, usiaku menginjak 25 tahun. Aku memiliki wajah yang sangatlah cantik, demikian kata orang2 tapi mengapa di usiaku ini aku belum juga mendapatkan pendamping hidup...??. Padahal gadis2 seusiaku di kampungku rata2 sudah menikah. Inilah kegelisahan terbesar dalam hidupku. Ada apa sebenarnya denganku..??.

Aku hidup hanya berdua dengan nenekku dan kedua orang tuaku sudah meninggal. Sedari kecil aku selalu mengaji, walaupun dengan sedikit terpaksa yang terkadang hanya untuk menghindari ocehan sang nenek yang terkenal sangat bawel tapi dia begitu memanjakanku hingga aku tumbuh dengan keinginan yang hampir semuanya  terpenuhi.

Aku tergolong sangat terkenal di kampungku, mereka cenderung membahas tentang kecantikanku. Aku yakin gadis2 di kampungku iri melihat kecantikkanku. Semua pria di kampungku selalu mencari perhatian dengan mencuri2 pandang padaku juga tak sedikit dari mereka yang sering menggoda aku, bahkan pernah suatu ketika diantara mereka ada yang berkelahi memperebutkan aku dan sebagian dari mereka pernah menjadikan aku sebagai bahan taruhan "siapa yang bisa memacari aku, dia akan mendapatkan sejumlah uang dari teman2 yang lain". Saat itu aku begitu menikmatinya, tak sedikit yang pernah menjadi pacarku dan dengan bangga aku bisa berganti2 pacar yang semuanya itu menjadikan aku angkuh, egois dan lupa diri, setiap pujian yang datang hanya menambah bobot kesombonganku karena aku pikir dengan kecantikanku apapun bisa aku dapatkan. Namun walaupun demikian aku masih bisa menjaga diri karena walaupun aku aga pemberontak dan kadang tak menuruti nasehat nenek tapi aku selalu memegang teguh kehormatanku yang hanya ingin aku persembahkan untuk suamiku kelak.

Suatu hari ada berita sangat menggemparkan di kampungku seorang pemuda lompat dari ketinggian dan dikabarkan mati karena bunuh diri, hebatnya lagi kabar yang beredar semua itu gara2 aku yang telah memutuskan cintanya secara sepihak. Semua orang seolah berpaling dariku karena mereka mengganggap akulah sumber kematian itu. Dengan sombong akupun menolak semua tuduhan itu, alu beranggapan mereka hanya iri terhadapku, wajar toh jika aku sudah lagi tak suka aku putuskan, bukan salahku pikirku.

'Kupun Tersadar
Tersebutlah seorang pria di kampungku, jarang sekali teman2 seusianya menemaninya karena dia seseorang dengan muka yang sangat buruk dan kulit yang sangat legam bahkan orang2 dikampungku sering menyebutnya "Lutung". Usianya 5 tahun lebih tua dari usiaku dan dia sering membantu nenekku, yang lebih mengherankan lagi setiap kali nenekku memberikan sejumlah uang untuk membalas jasanya dengan gigihnya dia selalu menolaknya, hal itu dia lakukan bukan hanya terhadap nenekku saja tapi dengan tetangga di sekitar desapun seperti itu. Sehari2nya hanya disibukkan dengan urusan surau bahkan konon yang selalu mengumandangkan azan adalah pria tersebut, bukan itu saja dia terkenal sebagai guru mengaji. Diam2 aku sering memperhatikannya, hal itu terjadi karena aku begitu terpesona dengan setiap ucapannya yang sangat memukau dan sanggup menamparku sehingga hati dan ragaku dibuat tak berdaya.

Pernah suatu ketika dia berkata padaku "aku kasian sekali melihatmu, kau begitu bangganya dengan kecantikkanmu padahal itu musibah untukmu jika kau tak pandai bersyukur" aku tersentak mendengar semua itu, darahkupun mulai mendidih mendengar semua itu, sial ni orang pikirku wajah jelek saja sombong dan berani2nya ia mengatakan itu padaku, dengan lantang akupun membalas perkataannya "Kau pikir kau siapa, beraninya kau berkata seperti itu melihat wajahkupun kau tak sanggup" dengan santai disertai pandangan menunduk diapun berkata "Aku takut melihat wajahmu, karena wajah sepertimu hanya akan membuat banyak orang sengsara dan akan menjadikan fitnah" dan berlalulah ia. Aku tak mampu berkata2 lagi air matapun jatuh menetes, badanku menggiggil, hatiku panas dan jantungku seolah berhenti bagaikan disambar petir di tengah hari bolong akupun tak kuasa mendapat penghinaan seperti itu. Bukannya setiap orang yang berjumpa denganku selalu mengagumi kecantikanku, tapi mengapa aku dikatakan pembawa sengsara dan hanya menjadikan sumber fitnah, sedemikian burukkah aku hingga aku dianggap seperti sampah olehnya. Kejadian ini sudah berlangsung 10 tahun lamanya tapi semua perkataannya selalu membekas dalam hati, walaupun ada rasa sakit mendengarnya tapi sungguh perkataan itu sangat mempengaruhi kehidupanku, aku tak kuasa menolak keajaiban lisannya dan semua itu menjadikan rasa malu yang teramat sangat hingga dalam sekejap merubahku jadi wanita pendiam.

Semenjak kejadian itu aku selalu mengingat ucapannya walaupun menyakitkan bagaikan pedang yang mampu menghujam jantungku,hingga aku tak berdaya dibuatnya, "benarkah aku tak pandai bersyukur..?". Entah mengapa setelah kejadian itu aku selalu berharap ingin betemu dengan pemuda tersebut, bahkan aku selalu menanyakan pada nenek kapan pemuda tersebut akan datang. Sepertinya nenek mulai menangkap kegelisahanku dan nenekpun memberi tahu bahwa pemuda itu telah pindah ke desa sebrang dan dia mengajar ngaji disana. Mendengarnya ada rasa kekecewaan dalam hati, ada apa dengan hatiku ini baru aku merasakan perasaan seperti ini, aku ingin sekali berjumpa dengannya, perkataan itu selalu terngiang dan sanggup merasuki hatiku hingga setiap tarikan nafasku selalu ada rasa sesal yang begitu mendalam.

Setelah kepergiannya dan meninggalkan goresan yang membekas dalam hatiku, aku merasakan sakit yang luar biasa karena aku kehilangannya inikah yang dinamakan cinta, perasaan ini begitu dalam, akankah aku berjumpa dengannya lagi. Perasaan ini hanya bisa aku pendam, kejadian itu telah mengubah hidupku aku bertobat, aku bertobat dengan menambah ibadahku, aku bertobat dengan mengubah perilakuku, akupun bertobat dengan mengganti teman2ku dan aku memilih teman2 yang aktif dalam kegiatan mesjid dan akupun ingin bertobat dengan melengkapi Ilmuku dan membuang sifat riya yang dulu selalu akrab denganku hingga akupun bertobat dengan berlinang air mata dan memohon maaf pada orang2 yang telah aku sakiti.

'Tuk Menebus Rasa Sesalku
Negri inipun sedang diguncang prahara, musibah dimana-mana, bencana tak terhindarkan, bahkan tsunamipun datang tanpa isyarat inilah peringatannya, korbanpun berjatuhan tak terhindarkan, air matapun tak sanggup lagi terbendung, haru biru menyaksikan semua yang terjadi. Atas kejadian itu aku tergerak mengikuti kegiatan amal yang dilakukan untuk membantu korban bencana tersebut. Akupun jadi relawan, tiba di lokasi kejadian aku ditempatkan di bagian pembinaan anak2 untuk menghilangkan traumatic yang terjadi. Mereka menyambut gembira kedatangan kami, ternyata aku masih punya kekutan untuk bisa menasehati orang lain, masih bisa membuat orang percaya padaku bahkan mereka sangat mengaggumiku sampai mencintaiku. Subhanallah aku sadar semua itu karenamu ya Allah, engkau telah tutup aibku selama ini seandainya engkau buka maka aku akan malu mengingat dosa-dosaku di masa lalu. Maha terpuji engkau ya Allah ampuni dan terimalah taubatku ini.

Tiga hari sudah aku meninggalkan nenek dan itu membuat kerinduan yang teramat sangat sehingga aku ingin sekali berbincang dengannya. Nenek begitu gembira menerima telpon dariku sehingga kamipun terlibat dalam pembicaraan dari mulai cerita nenek sampai cerita mengenai kegiatanku di tempat pengungsian terakhir nenek berkata "Oh..ya nenek lupa, Alif pun ada disana, dia lebih dulu berangkat waktu itu ia sempat menelpon nenek dan menanyakan khabar nenek" begitulah Alif adalah nama dari pemuda yang hitam legam yang selama ini telah membayangi hidupku bahkan dalam doaku aku selalu berharap dapat dipertemukan dengan pemuda tersebut, akupun tak peduli lagi dengan keburukan rupa dan kulit legamnya. Ah...senangnya aku mendengar berita itu, mudah2an aku segera dapat berjumpa dengannya.

Jika subuh datang aku beserta rombongan relawan yang lain selalu melakukan sholat berjama'ah di mesjid besar. Ini hari keempat aku mendengarkan ceramah, kali ini aku begitu terpukul mendengar suara dari balik mike itu. Penceramah tersebut mengatakan "janganlah berbangga hati dengan memiliki wajah cantik ataupun ganteng jika tak memiliki ilmu maka semua hanya akan menjadikan bencana besar bagi pemiliknya dan hanya akan menimbulkan fitnah yang keji bagi orang lain". Kata-kata itu.... ya tuhan, inilah kata-kata yang pernah aku dengar beberapa puluh tahun yang lalu. Aku seperti dihantam palu godam yang teramat besar dan badanku semakin lemas ketika aku tahu bahwa penceramah itu adalah Prof.Dr. Alif ..... Benarkah itu, aku malu mendengar semua itu, sungguhkah itu orangnya. Ya tuhan mengapa aku dihadapkan dengan situasi seperti ini, aku dulu sering merendahkannya bahkan menghinanya. Ya...Allah telah kau tunjukkan keajaibanmu yang lain bahwa kesombonganku hanyalah setitik debu yang dengan mudahnya tertiup angin...

'Kupun Tertunduk Dalam 'Doa
Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Kasih dan Maha  Sayang


Ya Allah, aku bermohon pada-Mu hendaklah Kau jaga aku sehingga aku tidak lagi menentang-Mu
Sungguh, aku bingung dan ketakutan karena banyaknya dosa dan kemaksiatan bersamaan dengan banyaknya Anugerah-Mu dan kebaikan.

Lidahku telah kelu karena banyaknya dosa-dosaku, telah hilang wibawa wajahku maka dengan wajah yang mana aku harus menemui-Mu setelah dosa-dosa membuat wajahku muram.
Dengan lidah yang mana aku harus menyeru-Mu setelah maksiat membuat lidahku bungkam.

Ya Allah,
Bagaimana aku menyeru-Mu, padahal aku pendosa... tetapi, 
Bagaimana aku tidak menyeru-Mu, padahal Engkau Maha Pemberi Karunia
Bagaimana aku bergembira, padahal aku pendosa...tetapi, 
Bagaimana aku berduka, Padahal Engkau Maha Pemberi Karunia

Akhirnya 'kupun bahagia
Dua minggu sudah aku berada di pengungsian, tapi tak pernah sekalipun aku bertatapan muka dengan Ayahanda Alif, demikian teman2 relawanku memanggilnya. Banyak kesempatan aku bisa bertemu dengannya, tapi karena rasa malu yang teramat besar mememdam semua keinginan besarku tuk berjumpa dengannya bahkan aku selalu menghindar jika diberi kesempatan berjumpa dengannya.

Hari itu sahabatku berlari menghampiri aku dan dengan suara terbata-bata diapun menarik lenganku "Cepatlah itu ada nenekmu datang, dia berada di rumah besar" seketika aku bingung, kakiku seolah tak bisa bergerak lagi. "Cepatlah...ayolah..." Teriaknya sambil menarik lenganku dan kamipun berlari menuju rumah besar dan betul saja aku melihat nenekku ditemani lelaki berbadan tinggi, segeralah aku menghampirinya dan mencium tangannya dan memeluknya hingga air matapun tak kuasa lagi menetes. Kamipun terlibat dalam pembicaraan yang cukup seru kebiasaanku dengan nenek sedari kecil, hingga akhirnya nenekpun memperkenalkan lelaki disebelahnya "Inilah Alif, masih ingat...?". Jatungku hampir saja copot mendengar semua itu benarkah ini, mengapa sekarang wajahnya berbeda dan kulitnya tak selegam dulu, aku tak berani menatapnya aku hanya menundukkan kepala dan memberikan tanda salam padanya. "Dulu kau sering mengejeknya...!!" teriak nenek lagi, ah nenek mengapa kau ungkit lagi masa lalu itu. Jantungku berdetak makin keras hingga kakiku gemetar dan mulutku terkunci, aku tak sanggup berkata-kata lagi. "Begini sayang, dia mengajak nenek kemari karena ingin melamarmu....?" .......Maha Besar Allah.....Terimakasih Ya Allah telah engkau limpahkan karunia itu, telah engkau berikan seorang imam bagi kehidupanku, aku menerimanya karenamu Ya Allah...

Ya Allah, anugerahkanlah cintamu pada kami. Anugerahkanlah kami kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak, Ya Allah.
Ya Allah, wujudkanlah mimpi-mimpiku jika itu baik untuku, baik untuk suami dan anak2ku, baik untuk keluargaku, baik untuk agamaku, baik untuk bangsa dan negaraku.
Ya Allah, tunjukkanlah padaku jalan mana yang Engkau Ridhoi, karena aku ingin hidup dalam naungan Ridhomu.
Anugerahkanlah kepadaku Hati yang ikhlas untuk menerima segala sesuatu yang telah Engkau tetapkan untukku.....Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar