27 Apr 2011

~ Mengapa Belum mau Juga Menutup Aurat ~



Apa yang Anda pikirkan saat membaca judul tersebut? Adakah terbesit suatu pemikiran bahwa belum mau karena anda sedang menunda atau malah tidak mau..?? Jika memang terbersit dalam pikiran bahwa Anda juga termasuk kedalam golongan orang-orang yang kerap menunda, atau terpikir bahwa Anda sebaliknya ada pada kondisi yang tidak mau melakukan, jika ini terjadi mari sama2 kita koreksi apa sebenarnya yang sedang terjadi..? saya ingin berbagi tentang hal yang perlu dikoreksi bersama perihal judul tersebut. Sebuah kebiasaan yang tak jarang kita lakukan sebagai proyeksi diri karena hilangnya sebuah konsep, yaitu menundanya..!! Mengapa harus menunda..??

Saya teringat sebuah cerita nyata dari seorang ibu tentang perjuangannya dalam menutup aurat. Kisah hidupnya sebagai seorang wanita karir yang terjebak dalam dunia kehidupan yang sarat akan perjuangan yang alhirnya tersadar ketika sebuah kecelakaan menimpanya sehingga menuntunnya pada muara hidayah sang Illahi. Dan, semua itu tidak didapat dengan sia-sia, ia dengan gigih melakukan perjuangan-perjuangan ekstra agar bisa menutup aurat. Ia mulai dengan banyak bergaul dengan teman-teman yang sudah berjilbab rapi dan kerap menjambangi kajian-kajian keislaman untuk mengisi kosongnya konsep ruhani dalam dirinya.

Sekelumit kisah hidayah tersebut tak akan terjadi dengan indah jika tidak ada perjuangan dalam mencarinya, janganlah dengan enteng berkata saya belum dapat hidayah karena Allah belum memberinya. Jika mengetahui hal ini tentulah si ibu itu akan tersenyum dan berkata "ga bakalan hidayah itu datang, tanpa ada perjuangan dalam mencarinya..!!" Sekarang mari kita bahas mengapa masih belum juga mau menutup aurat. Mari kita sama2 melihat Dalil Perintah Menutup Aurat Bagi Wanita:

1. Hadits Riwayat Muslim, berbunyi sbb:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya, "Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian." (HR. Muslim)

2. Alquran surat An-Nur ayat 31:
"Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: ?Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkkan khumurnya (Ind: jilbab) ke dadanya...."

Ayat yang memerintahkan memakai jilbab (hijab) adalah sebagai berikut:

"Katakanlah kepada wanita yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, ..." (QS. An-Nuur: 31)

Dalam ayat di atas para wanita diperintahkan untuk tidak menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa tampak. Yang dimaksud dengan perhisaan dalam ayat di atas ada dua pengertian menurut para ahli tafsir:

Pertama, perhiasan yang fitri, yaitu tubuh, karena seluruh tubuh wanita adalah perhiasan yang menarik untuk dipandang. Yang kedua adalah perhiasan muktasabah (yang dibuat) seperti anting, kalung dan sebagainya. Dan semuanya tidak boleh dinampakkan kecuali yang biasa tampak. Maka tidak boleh ditampakkan dari bagian tubuh wanita kecuali wajah dan telapak tangan. Dan tidak boleh ditampakkan dari perhiasan kecuali anting dan gelang. Sedangkan untuk menutupi bagian tubuh, pakaian yang biasa digunakan adalah jilbab (baju kurung atau longdrees)dan kudung sebagai penutup kepala. Walau sesungguhnya bukan merupakan suatu keharusan untuk selalu memakai longdress, sebab memakai baju atasan dan bawahan pun (rok panjang atau kain sarung) dibolehkan yang penting seluruh tubuh tertutupi, tidak ketat dan tidak transparan.

Ayat lain yang memerintahkan untuk memakai jilbab adalah berikut ini:

"Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min:"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Ahzaab: 59)

Nah, setelah kalian membaca dalil2 tersebut apakah kalian belum tergerak juga untuk melakukannya, apakah kalian masih menunggu hidayah itu datang dengan sendirinya. Ok, kalau demikian marilah kita lihat uraian berikut ini Hidayah (petunjuk) itu ada dua macam, yaitu hidayatut taufiq dan hidayatul irsyad.

1. Hidayatut Taufiq
Semata-mata datangnya dari Allah. Sebagaimana yang dimaksud dalam firman-Nya:
إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang YANG MAU menerima petunjuk." (Al-Qashash: 56)

2. Hidayatul Irsyad
Ini dimiliki oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan setiap orang yang berdakwah ilallah, yang mengajak orang lain menuju kebaikan. Sebagaimana dalam firman-Nya:
…وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
"…Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (Asy Syura: 52).

Jenis hidayah yang ke dua ini (hidayatul irsyad), dimiliki oleh setiap orang yang berdakwah ilallah, karena orang yang berdakwah ilallah hanya memberikan sebuah KUNCI menuju jalan yang benar dan lurus kepada orang lain.
Adapun akhir perkaranya, semua kembali kepada Allah. Sehingga, pada akhirnya Allah-lah saja yang menentukan seseorang mendapatkan hidayah dari-Nya (hidayatut taufiq), ataukah tidak.

[Lihat kitab al Qaulul Mufid ‘ala Kitab at Tauhid (1/348-349)]

Maka yang menjadi masalah adalah, apakah seseorang yang sudah melihat datangnya hidayah mau menerima hidayah (petunjuk) tersebut ataukah dia LEBIH SENANG BERPALING menjauhi hidayah tersebut, lalu mengatakan, "Belum mendapat hidayah." (?!) Orang-orang yang telah "melihat" datangnya hidayah tetapi TIDAK MAU mengikutinya, maka pada hakikatnya adalah orang-orang yang LEBIH MENYUKAI kesesatan daripada hidayah (petunjuk).

Hal ini telah digambarkan oleh Allah Ta'ala sebagaimana dalam firman-Nya:
وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى
"Dan adapun kaum Tsamud maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari petunjuk itu.." (Al Fushshilat: 17)

Allah Ta'ala berfirman:
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
"Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya." (Al-Baqarah: 196)

Allah Ta’ala berfirman:
فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنَ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Maka apabila mereka tidak memenuhi seruanmu (wahai Muhammad), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka itu hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa petunjuk dari Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada kaum yang zhalim.” (Al-Qashash: 50).

Allah Ta'ala berfirman:
وَاللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَنْ تَمِيلُوا مَيْلا عَظِيمًا
"Dan Allah hendak menerima tobatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran)." (An Nisaa': 27)

Jika sudah demikian, alasan apa lagi yang akan kau tunjukkan..?? Jika sudah begini cobalah bercermin jangan lagi berkata dengan seribu alasan apapun katakanlah pada cermin itu "Apa sebenarnya yang terjadi padaku, mengapa hatiku sekeras batu sehingga amat sulit menerima perintah yang jelas2 kewajiban yang harus aku lakukan" dan yang paling penting katakan pada cermin itu "Apakah Allah sudah berpaling dariku...??" perhatikan jawaban cermin itu, jika hatimu mengatakan memang Allah sudah berpaling dariku maka segeralah bertaubat padaNya, pintu taubat akan selalu terbuka lebar. Selamat berjuang saudara-saudaraku....ingatlah kita tak akan pernah bisa mengejar waktu,tapi waktulah yang selalu mengejar kita dan pada akhirnya hanya Allahlah penentu waktu itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar