19 Apr 2011

Pemimpin Yang Tidak Memimpin


Apa Khabar Pemimpin....?
Terlalu banyak istilah yang digunakan bagi seorang pemimpin dari mulai yang berkuasa, yang dipertuan agung hingga banyak yang..yang..lainnya. Semuanya itu selalu melambangkan kekuasaan dan pengaruh. Kekuasaan inilah sering kali melupakan bahwa sesungguhnya mereka tidak memimpin dalam arti yang sebenarnya, mereka hanya terlibat dengan hal-hal yang menyentuh kehidupan lahiriah rakyat saja. Seorang pemimpin baru bisa dikatakan pemimpin apabila dia dapat membangunkan kemanusiaan dan keinsanan rakyat kepada Tuhan. Bukannya malah memimpin sekehendak hati dan melupakan Tuhan, sehingga menghalalkan segala cara ketika sedang berkuasa.

Ta' heran jika negri ini banyak rakyatnya yang tidak terpimpin, padahal para pemimpinnya keperluan lahiriahnya sangatlah terpimpin terbukti dari kemewahan dari segi material yang sangat teratur, mulai dari mobil mewah berjejer dengan teratur, rumah mewah yang tersusun dimana-mana dan berbagai kemewahan lainnya yang serba rapi tersimpan. Ta' sedikit dari pemimpin kita yang hanya melihat pada kebutuhan lahiriah pribadinya sehingga roh dan jiwanya diabaikan, sehingga banyak pemimpin intelektual yang selalu berbicara dengan bahasa akademis tingkat tinggi tapi pondasinya rapuh karena tidak diisi dengan keimanan dan ketaqwaan sehingga rakyat jadi rusak, masyarakatpun rusak..tinggalah kita berkata, dimana tanggung jawab kepemimpinanmu...?

Bagaimana Khabar Rakyat...?
Di akhirat nanti, setiap pemimpin akan dipertanggung jawabkan soal kepemimpinannya. Sudahkah mereka memimpin urusan Aqidah, ibadah dan akhlak orang2 yang dipimpinnya, sudahkah ia membawa rakyatnya kepada Tuhan dan merapatkan rakyat dengan Tuhan...?

Rakyat di negri ini cenderung meniru budaya asing, mungkin karena bangsa kita ini kosong, kosong akan nilai-nilai islam sehingga budaya asing dengan mudahnya menyelinap dalam masyarakat, sehingga masyarakat mudah meniru perkara yang negatif yang tidak berfaedah. Akhirnya rakyatpun hancur, sehingga bagi orang kayanya mereka sombong, suka berfoya-foya, membuang2 waktu dengan kekayaan mereka demikian juga dengan rakyat miskinnya hari2nya akan dipenuhi dengan ucapan keluhan, keresahan dan kegelisahan mengakibatkan demo terjadi dimana-mana. Generasi peneruspun cenderung hidup ta tentu, tidak ada arah tujuan berkumpul2 hanya untuk membuang waktu meskipun ta' sedikit dari mereka yang mempunyai prestasi gemilang.

Apa Yang Harus Kita Perbuat..?
Bagaimana kita memperbaiki keadaan yang sudah kacau ini, keadilan hanya tinggal nama, kesusahan merajalela, kemiskinan sudah terlalu akrab dan kerusuhanpun ada dimana-mana. Dengan apa harus kita perbaiki, dengan uangkah, dengan hiburankah, dengan politikkah, dengan teknologi, dengan ilmu atau dengan apa...?? Jawabannya marilah kita kembali pada wahyu dan sunnah dengan iman dan ilmu. Dari penghayatan dan penjiwaan iman dan ilmu, baru akan timbul cinta pada Allah setelah cinta maka akan timbul takut, dari rasa takut inilah maka akan timbul ketaatan dalam melakukan hukum2 dan syariat Allah. Mereka akan menuruti apa yang Allah perintahkan dan mereka akan meninggalkan apa yang dilarang.

Bila umat islam mematuhi syariat islam dan menjadikan seluruh syariat itu sebagai sistem dan cara hidup mereka, maka akan lahirlah satu bangsa yang bertaqwa hingga negara menjadi kuat, berakhlak dan berdisiplin dimana pemimpin akan menjadi obor bagi hati rakyat.

Bagaimana Dengan Pemimpin Rumah Tangga...?
Awal mula kehidupan seseorang berumah tangga dimulai dgn ijab-kabul. Saat itulah yang halal bisa jadi haram atau sebalik yg haram bisa jadi halal. Demikianlah Allah telah menetapkan bahwa ijab-kabul walau hanya beberapa patah kata dan hanya beberapa saat saja tapi ternyata bisa menghalalkan yg haram dan mengharamkan yg halal. Nah dari situlah status akan berubah wanita jadi seorang istri dan pria jadi seorang suami, bayangkan begitu banyak status yang akan disandang yang kalau tak tahu ilmu justru status ini akan membawa mudharat. Karena menikah itu tak semudah yang diduga pernikahan yang tanpa ilmu berarti segera bersiaplah untuk mengarungi aneka derita. Kenapa ada orang yang stress dalam rumah tangganya? Hal ini terjadi karena ilmu tak memadai dengan masalah yang dihadapinya. Begitu juga bagi wanita yang menikah ia akan jadi seorang istri. Tentu saja tak bisa sembarangan kalau sudah menjadi istri karena memang sudah ada ikatan tersendiri. Status juga bertambah jadi anak dari mertua ketika punya anak jadi ibu. Demikianlah Allah telah menyeting sedemikian rupa sehingga suami dan istri keduanya mempunyai peran yg berbeda-beda.
Dalam hal ini saya akan membahas peran suami sebagai pemimpin. Seorang suami harus sadar bahwa ia pemimpin dalam rumah tangga. Allah SWT berfirman “Laki-laki adalah pemimpin kaum wanita krn Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yg lain dan krn mereka telah membelanjakan sebagian harta mereka…” . Dan seorang pemimpin hanya akan jadi pemimpin jika ada yg dipimpin. Artinya jangan merasa lebih dari yang dipimpin, sehingga sering kali menjadi lupa diri dan menjadi sok berkuasa dalam rumah tangga. Sebagai seorang pemimpin harus berpikir bagaimana mengatur bahtera rumah tangga sehingga mampu keluar dari semua permasalahan dalam rumah tangga dengan baik yang akhirnya bisa mngantarkan keluarga menuju satu harapan di akherat kelak yaitu surga nan abadi.

Seorang suami harus tahu ilmu bagaimana mengatasi semua persoalan hidup, tidak menjadi pengecut yang selalu lari dari masalah. Tidak ada salah ketika akan menikah sebaiknya merenung sejenak “Saya ini sudah punya kemampuan atau belum utk menyelamatkan anak dan istri dalam mengarungi bahtera kehidupan sehingga bisa kembali ke akhirat nanti?!”. Karena menikah bukan hanya masalah mampu cari uang walau ini juga penting tapi bukan salah satu yang terpenting. Suami bekerja keras membanting tulang memeras keringat tapi ternyata tak shalat sungguh sangat merugi. Ingatlah krn kalau sekedar cari uang harap tahu saja bahwa garong juga tujuan cuma cari uang lalu apa beda dgn garong?! Ha beda cara saja tapi kalau cita-cita sama apa bedanya? Cari nafkah itu termasuk dalam proses mengendalikan bahtera. Tiada lain supaya makanan yg jadi keringat status halal supaya baju yg dipakai status halal atau agar kalau beli buku juga dari rijki yg status halal. Ketika ijab kabul seorang suami harus bertekad “Saya harus mampu memimpin rumah tangga ini mengarungi episode hidup yg sebentar di dunia agar mampu selamat sampai tujuan akhir yaitu surga”. Bahkan jikalau dalam kapal ikut penumpang lain misalkan ada pembantu ponakan atau yg lain maka sebagai pemimpin tugas sama juga yaitu harus membawa mereka ke tujuan akhir yg sama yaitu surga.

Allah Azza wa Jalla mengingatkan kita dalam sabda “Hai orang-orang yg beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yg bahan bakar adalah manusia dan batu…” .


Nik'mat hidup akan terasa jika punya pemimpin yang memimpin
Ketika Abu Bakar melangkahkan kakinya menuju mimbar Rasulullah saw dengan perasaan malu dan takut. Sampai ke tangga yang berikutnya, ia terdiam sembari gemetar hingga tidak mampu untuk bergerak. Karena ia tidak mampu mengijinkan dirinya untuk naik ke tempat Rasulullah saw. Ia menghapuskan air mata yang bercucuran dengan tangannya, kemudian menghadap ke arah para hadirin yang berdesak – desakan. Pada saat itu ia telah di bebani dengan tanggung jawab sebagai Khalifah. Lalu Abu Bakar berkata ” Wahai Saudara – Saudara, aku telah di beri tanggung jawab untuk memimpin kalian dan aku bukanlah orang yang terbaik dari kalian. Jika aku berlaku benar maka bantulah aku. Dan jika aku berlaku salah, maka tolong luruskan aku. Sesungguhnya orang yang lemah menjadi kuat di hadapanku sampai aku dapat mengembalikan haknya kepadanya. Dan orang yang kuat menjadi lemah di hadapanku sampai aku ambil hak orang lain darinya. Taatilah perintahku yang tidak menyalahi perintah Allah dan Rasul – Nya. Dan Jika aku berbuat maksiat, maka jangan sampai kalian mentaatiku Seorang Abu Bakar yang pada saat pelantikannya justru mengucapkan Innalillahi wa inaillahi rojiun, mengganggap bahwa jabatan yang di embankan di pundaknya adalah sebuah amanah berat. Beliau demikian takut tak mampu mempertanggung jawabkan amanah tersebut kepada sang pemilik.

Rindu akan pemimpin seperti Abu Bakar, jika memiliki pemimpin yang amanah yang mampu memimpin keluarga juga rakyatnya ke jalan Allah maka nik'mat hidup akan terasa. Kerusuhanpun ta lagi terjadi dimana-mana, Bom ta akan dijadikan sebagai hadiah, rakyatpun akan makmur, adil dan sejahtera. Sayangnya di negri ini sangat jarang ditemui pemimpim yang mampu memimpin dengan benar sesuai tuntunan Allah hingga rakyatpun sengsara. Demikian juga dengan kehidupan berumah tangga banyak sekali pemimpin yang bertindak sesuka hati sendiri hingga anak istri jadi sengsara.

Wahai pemimpin...sadarilah engkau adalah sebuah tanggung jawab, engkau adalah sebuah amanah, engkau adalah sebuah panutan, engkau adalah jalan menuju arah tujuan yang hakiki..jika kau tau janganlah kau berfikir bahwa engkau adalah kekuasaan, engkau adalah pengaruh, engkau berfikir adalah segalanya sehingga bisa bertindak sesuka hati...ingatlah pengadilan Allah menanti..!!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar