9 Mei 2011

Kesabaran Itu Memang Harus Diuji


Jangan sesumbar mengatakan sabar kalau belum melalui suatu ujian, kualitas kesabaran seseorang akan terlihat jelas ketika dia keluar dari suatu kesulitan, entah itu kesulitan yang mengobrak abrik perasaan hati hingga kesulitan yang menyangkut duniawi. Terkadang kita dihadapkan dengan seseorang yang nyata-nyata tidak kita sukai, tetapi kita tetap harus dapat menyimpan perasaan itu dengan maksud untuk tidak melukai perasaan orang tersebut, disinilah kita dituntut bersabar. Tapi anehnya ketika dibiarkan eh...orang tersebut malah keterusan membuat perasaan benar2 jadi muak, apalagi jika sudah berbicara masalah2 tentang kewajiban sementara dia sendiri tidak mau melaksanakan kewajiban tersebut, dalam bahasa kerennya mungkin disebut "Sok iye..!!" Dalam bertutur kata sangatlah pintar, dalam berdebat pandai berkelit, semua yang dikatakan tentang kebenaran tapi dia sendiri tak mau menjalankan apa-apa perintah yang jelas2 dia sudah mengetahuinya. Bagaimana menghadapi orang-orang bebal seperti ini...?

Orang bebal itu mungkin cuma bisa berubah seandainya kita bisa kalahkan dia dengan telak, dia rubuh, jatuh…mungkin dia akan sadar dengan segala kebebalannya…tapi apa iya perlu kayak gitu..? Jangan biarkan orang yang bahkan ga ada hubungannya dengan kita merusak hati kita..anggap saja ketika kita bertemu mereka, itu adalah jalan kita buat belajar lebih sabar…meskipun pada kenyataanya sabar itu harus ada batasnya...

Seringkali status-status dalam facebook yang menyerukan suatu kebenaran ataupun mengungkapkan suatu pendapat tentang kehidupan dan apa2 yang harus dijalankan sesuai tuntunan, memicu berbagai pendapat yang berakhir dalam suatu perdebatan,  perseteruan tersebut meski hanya sebatas lisan yang kemudian bermuara pada pertahanan terhadap pendapat masing-masing namun dapat juga mengundang perselisihan. Dalam debat, kita bisa saja membuat lawan kita “mati kutu” akan tetapi kita tidak dapat memenangkan hatinya...baik untuk kita maupun lawan kita sehingga memberikan dampak penilaian yang kurang baik terhadap diri kita dari orang lain.

Diriwayatkan bahwa ada seorang anak yang bertanya kepada bapaknya, “Ayah, ananda melihat ayah melarang kami berdebat, padahal dahulu ayah pendebat ulung.” Sang bapak menjawab, “Wahai anakku, dahulu kami berdebat dengan perasaan was-was yang amat sangat kalau-kalau kami mengalahkan lawan bicara. Sedangkan kini, kalian berdebat dengan rasa cemas jangan-jangan tergelincir lantas dikalahkan oleh lawan bicara. “ Nah kita berhak berdebat dan mematahkan lawan jika itu sudah menyalahi aturan dan keluar dari koridor rumus2 Allah.

Jika perdebatan semakin memanas dan dia tetap mempertahankan pendapatnya yang keliru, katakan padanya “Dan sederhanakanlah dirimu dalam berjalan dan lunakkan suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.”  Tegaskan ungkapan, fasihkan lisan, dan baguskan penjelasan adalah sebagian dari pilar-pilar penopang diskusi dan dialog yang produktif. Rasulullah Saw bersabda, ”Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh mejelisnya dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang berlebihan dalam berbicara, yang suka mengungguli orang lain dengan perkataannya, dan yang menunjuk-nunjukkan mulut besarnya dengan omongan untuk menampakkan kelebihan di hadapan orang lain.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Hal yang lebih indah untuk mematahkan lawan dengan memberikan suatu isyarat yang tepat, agar bisa lebih berguna dari uraian dan penjelasan panjang lebar. Tindakan ini sekaligus berguna untuk mengoreksi kesalahan yang diperbuat orang lain tanpa membuat mereka tersinggung. Itulah yang pernah dilakukan oleh dua cucu Rasulullah Saw, Hasan dan Husain, ketika melihat seseorang yang kurang benar dalam berwudhu. Sementara rasa malu kepada orang itu menghalangi mereka untuk mengingatkannya secara terus terang. Keduannya (Hasan dan Husein) pun bermusyawarah, lalu bersepakat mendatanginya dan meminta kepadanya untuk menilai mereka berdua, mana yang lebih benar wudhunya. Orang itu lalu melihat secara cermat dan menilai wudhunya Hasan dan Husein. Setelah itu, sadarlah dia bahwa selama ini ia tidak bisa berwudhu dengan baik seperti wudhunya Hasan dan Husein. Inilah yang dimaksud dengan bayan (kejelasan)....berhubung ini medianya hanya dua dimensi maka berikan pilihan diantara yang baik dan benar biarkan dia suruh memilih, jika dia berpegang pada pilihan yang kurang tepat kita bisa patahkan dari arah tersebut.

Jadi berikan kejelasan yang telak pada lawan diskusi, agar benar2 jelas kalau perlu lengkapi dengan contoh2 .dan gunakan Ilustrasi. Pelaku diskusi yang cerdik adalah mereka yang pandai membuat ilustrasi guna melengkapi dan memperjelas setiap uraian pembicaraannya. Imam Ghazali pernah membuat ilustrasi untuk orang yang mencegah kemungkaran dengan kekerasan. Mereka seperti orang yang ingin menghilangkan bercak darah dengan air kencing. Cara mencegah kemungkaran seperti itu adalah bentuk kemungkaran yang lain, bahkan bobot kemungkarannya lebih besar daripada kemungkaran yang diberantas. Kedua-duanya sama-sama najis, tetapi najisnya air kencing lebih berat.

Dalam menyerang dan Mematahkan meskipun dengan argumentasi yang kuat dan dalil yang nyata, dapat menimbulkan kebencian bagi orang lain. Mematahkan lawan dengan mendapatkan simpati hati, sebenarnya lebih penting daripada mendapatkan perubahan sikap tetapi harus berangkat dari hati yang tidak tulus. Adapun bersikap lemah lembut (menahan emosi), akan membuat dia merasa puas dengan pendapatmu, cepat atau lambat.....

Good luck...!!,, Sahabatku...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar