24 Mei 2011

~ Hilangkan Kebiasaan Buruk ~

Ada seorang teman yang punya hooby mengkoleksi Photo2 sexi, tentu saja hal ini membuat risih teman2 di sekitarnya. Anehnya diberikan nasehat berulang2 tidak paham juga, padahal dia itu termasuk orang yang mengerti Agama lho, bahkan punya pacar seseorang yang Agamanya cukup bisa diandalkan.

Bukankah kami telah memberinya sepasang mata...dan menunjukkan kepadanya dua jalan.(QS. Al-Balad, (90):8,10)

Ayat ini menunjukkan dua jalan, dimana jalan satu menuju kebaikan dan jalan yang lain membiarkannya tersesat. Namun jika anda benar2 sebagai sahabat sejatinya jangan tinggalkan ia dalam kekeliruannya, lakukan dengan berbagai cara sehingga pada akhirnya dia menyadari kekeliruannya. Juga bagi teman yang gemar melakukan kebiasaan buruk tersebut dengarkanlah nasehat dari teman2mu itu agar engkau selamat.

Mari kita sama2 membahas, kebiasaan merupakan perbuatan yang rutin yang sering kita kerjakan. Lambat laun kebiasaan bisa menjadi sebuah hobby yang menjadikan seseorang kecanduan (adiksi) untuk melakukannya secara berulang. Jika kebiasaan itu baik, maka akan membawa dampak yang positif, namun sebaliknya jika kebiasaan tersebut buruk, maka akan menghantarkan pada keburukan. Di dalam Islam, mengkoleksi photo2 sexi adalah aktivitas mubah (boleh dilakukan), namun kita harus mencermati apakah aktivitas mubah yang kita lakukan bermanfaat atau tidak. Jika tidak bermanfaat hendaklah ditinggalkan, apalagi jika membawa pada pengaruh yang tidak baik.

Perbuatan yang mubah, jika menghantarkan pada keharaman bisa menjadi haram bagi kita. Kaidah syara mengatakan ”Al-Washilah ila al-haram muharramah (sarana yang dapat mengantarkan pada sesuatu yang haram adalah haram)”. Jangan menjadikan sesuatu yang kurang berguna menjadi sebuah aktivitas yang menggiring pada kemaksiatan,  Untuk itulah, Islam melarang segala sesuatu yang dapat memicu terbangkitkannya naluri nau’ (naluri mencintai) akibat melihat gambar2 sexi hingga melanggar syariat. Mengkoleksi photo2 sexi apalagi untuk diekspos dan akhirnya menjadi komsumsi publik akan menimbulkan pemikiran si pelaku menjadi rusak, sehingga tidak mampu melejitkan kemampuanya dalam mengukir prestasi.

Pengaruh lain yang akan timbul akibat seringnya mengkoleksi photo2 sexi, tidak berbeda jauh dengan menonton film2 porno. Otak kita akan selalu digiring pada hal2 yg kurang baik, bukannya tidak mungkin perbuatan yang hanya sekedar iseng tersebut akhirnya akan menggiring si pelaku hobby maupun orang lain kearah maksiat. Pikirkanlah dampak buruk yang terjadi dari hoby aneh tersebut. Jangan berkutat sehingga disibukkan dengan hal2 yg sia2 untuk mengisi kehidupanmu, belajarlah menerima nasehat dari teman2 disekitarmu karena nasehat tersebut akan keluar akibat rasa peduli yang menginginkan sebuah perubahan ke arah yg lebih baik. Untuk itulah rubahlah kebiasaan buruk itu gantikan dan carilah hobby yang lebih bermanfaat lagi sehingga tidak menimbulkan dampak negatif pada orang2 sekitarmu.

"Hilangkan kebiasaan buruk dengan mencari kebiasaan baru yang lebih baik dan menjadikannya sebagai tandingan kebiasaan buruk kita yang lama.....good luck..!!"

20 Mei 2011

~ Melakukan Kebaikan dan Realita Hidup ~



Terkadang dalam suatu proses kehidupan kita ingin berada pada zona aman, sehingga kita berusaha melakukan segala macam kebaikan demi menjadikannya bernilai pahala. Nilai suatu kebaikan akan bermakna manakala kebaikan itu membuahkan manfaat bagi orang2 disekitarnya. Tapi tidak semua kebaikan bisa mendatangkan manfaat bagi orang lain, nyatanya kebaikan kita kerapkali disalah artikan sehingga tak sedikit keluar kata "pasti ada maunya..!". Inilah realita hidup, dalam hal ini saya juga sependapat. Untuk memperkuat pendapat tersebut saya berikan satu contoh kehidupan nyata, suatu ketika tersebutlah si fulan yang sedang tergopoh2 membawa barang belanjaan dan hendak pulang menuju rumahnya. Setelah semua barang dinasukkan ke dalam bagasi mobil, mata si fulan tiba2 melihat ban mobilnya kempes otomatis dia langsung mengeluarkan ban serepnya. Tiba2 entah dari mana datangnya ada seseorang yang dengan ramahnya menawarkan jasa untuk membantu si fulan, akhirnya si fulanpun setuju tapi kemudian apa yang terjadi tas fulan pun raib, dia sadar2 setelah sampai di rumah ketika mendapati kenyataan bahwa tasnya telah hilang. Inilah yang saya maksud bahwa menerima kebaikan harus dengan kewaspadaan.

Kita sebagai manusia yang ingin memberikan kebaikan terhadap sesama juga jadinya seringkali disalah artikan, seperti pepatah bilang "ada udang dibalik batu" padahal tidak semua kebaikan yang kita berikan mengandung maksud buruk, tapi nyatanya kadang2 diterima dengan pemikiran yang buruk. Apalagi jika menyangkut perbedaan lawan jenis, akhirnya kebaikan disalah artikan dengan "CINTA" inilah resiko dari sebuah kebaikan. Orang lain tentu tidak akan dengan mudah menebak isi hati manusia, mereka hanya bisa menilai dari gelagat, perilaku dan perbuatan. Jika ingin menilai orang hati2 tidak semua orang mempunyai pemikiran yang sama seperti yang anda pikirkan. Jika pemahaman sudah meresap, perbuatan baik bisa bernilai hanya mencari ridho Allah semata, jadi untuk orang2 yang dangkal dalam pemikiran dan hanya bisa mengupas isi hati orang dengan melihat orang lain secara kasad mata sesungguhnya itu hanya merugikan diri sendiri, berharap kabaikan berubah menjadi rasa "CINTA" yang salah pada penempatannya akhirnya nilai kebaikan selalu disalah artikan.

Saya bermaksud hendak menghimbau, agar kita sebaiknya menggunakan perkataan yang baik dan benar ketika ingin mengungkapkan perasaan hati dan pikiran dan harus bisa membedakan antara sesuatu yang bernilai murni kebaikan atau hanya kebaikan yang dicari2. Tidak asal menebak2 yang akhirnya malah cenderung menimbulkan rasa sesak di hati yang lain dan akhirnya berakhir dengan kata muak. Kita terkadang ingin berusaha menjadi orang yang lebih baik dari yang sebelumnya sehingga apa salahnya kita bersikap ramah pada orang lain asal pada level yang masih dianggap wajar. Pada tahap ini manusia kerap kali menjadi kecewa ketika ia sadar bahwa kebaikan yang ia lakukan berbuah menjadi kesalahan. Saya berikan contoh untuk hal yang satu ini. Ada seorang teman dia ingin hidupnya lebih berarti dan dia berusaha untuk selalu berbagi tentang segala macam kebaikan yang tentu saja dibarengi dengan sikap ramah. Ketika teman2nya merasa nyaman berteman dengannya (entah itu laki2 maupun perempuan), maka ternyata ada hati yang tersentuh oleh perhatiannya. Padahal perhatian kepada seorang teman selalu sama ia tunjukkan pada teman yang lain pula (tentunya dengan porsi yang berbeda antara sejenis dan lawan jenis) inilah kemudian yang menjadi masalah ketika sebuah kebaikan bisa menimbulkan kekecewaan


Kesimpulan dari semua itu 
  • Dalam menerima kebaikan diperlukan kewaspadaan, karena inilah realita hidup. Dalam hidup selalu ada orang yang pandai memanfaatkan situasi, sehingga berpura2 baik untuk mendapatkan sesuatu.
  • Diperlukan kehati2 dalam memberikan kebaikan, jika pada akhirnya kebaikan itu akan disalah artikan sehingga akan merugikan diri sendiri.
  • Ternyata sesuatu yang manis tidak selalu berbuah manis, bisa jadi sesuatu yang terlalu manis malah bisa jadi penyakit. Inilah realita kehidupan yang terjadi ketika kebaikan yang dilakukan hanya membuahkan kekecewaan.

Maka Jangan salah artikan suatu nilai kebaikan, karena mungkin saja kebaikan dan keramahan itu bagian dari hidupnya. Jangan juga salah mengartikan arti sebuah keramahan karena memang keramahan itu bukannya untukmu seorang. Ingat, jangan biarkan diri kita menjadi besar kepala atau merasa tersentuh saat orang lain menyentuh hati kita. Belajarlah berfikir positif agar bisa menjaga diri kita dan orang lain dari prasangka atas mereka.


Allah SWT berfirman yg artinya “Dan sesungguhnya Kami jadikan utk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya utk memahami dan mereka mempunyai mata tidak dipergunakannya utk melihat dan mereka mempunyai telinga tidak dipergunakannya utk mendengar . Mereka itu seperti binatang ternak bahkan mereka lbh sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yg lalai.”. 
Oleh krn itu kemuliaan manusia bisa kita pahami dari iman dan amal saleh atau kebaikannya dalam bersikap dan bertingkah laku di mana pun dia berada dan dalam keadaan bagaimanapun situasi dan kondisinya. Itu sebabnya semakin banyak perbuatan baik yg dilakukannya maka akan semakin mulia harkat dan martabatnya di hadapan Allah SWT. Di sinilah letak pentingnya bagi kita utk berloma-lomba dalam kebaikan sebagaimana firman Allah yg artinya “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya yg ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian . Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” .
Jalan Menuju Amal Baik Meskipun kebaikan kita sadari sebagai sesuatu yg harus kita laksanakan ternyata tidak sedikit orang yg tidak antusias utk melakukan kebaikan itu. Karena itu ada beberapa hal yg bisa dijadikan resep bagi seseorang agar bersemangat melakukan kebaikan. "Niat yg Ikhlas" Niat yg ikhlas merupakan faktor penting dalam tiap amal. Karena dalam banyak amal di dalam Islam niat yg ikhlas merupakan rukun terpenting dan pertama. Niat yg ikhlas krn Allah dalam melakukan kebaikan akan membuat seseorang memiliki perasaan yg ringan dalam mengerjakan amal-amal yg berat sekalipun apalagi bila amal kebaikan itu tergolong amal yg ringan. Sedangkan tanpa keikhlasan jangankan amal yg berat amal yg ringan pun akan terasa menjadi berat. Disamping itu keikhlasan akan membuat seseorang berkesinambungan dalam amal kebaikan. Orang yg ikhlas tidak akan bersemangat krn dipuji dan tidak akan lemah krn dicela. Ada pujian atau celaan tidak akan membuatnya terpengaruh dalam melakukan kebaikan.
Cinta kebaikan dan Kebaikan seseorang akan antusias melaksanakan kebaikan manakala pada dirinya terdapat rasa cinta pada kebaikan hal ini krn mana mungkin seseorang melakukan suatu kebaikan apabila dia sendiri tidak suka pada kebaikan itu. Oleh krn itu rasa cinta pada kebaikan harus kita tanamkan ke dalam jiwa kita masing-masing sehingga kita akan menjadikan tiap bentuk kebaikan sebagai bagian yg tidak akan terpisahkan dalam kehidupan kita ini akan membuat kebaikan selalu menyertai kehidupan ini. Disamping cinta kepada kebaikan akan kita suka melakukan kebaikan harus tertanam juga di dalam jiwa kita rasa cinta kepada siapa saja yg berbuat baik hal ini akan membuat kita ingin selalu meneladani dan mengikuti segala bentuk kebaikan siapa pun yg melakukannya. Allah SWT telah menyebutkan kecintaan-Nya kepada siapa saja yg berbuat baik karenanya kita pun harus mencintai mereka yg berbuat baik.

Allah berfirman yg artinya “Dan belanjakanlah di jalan Allah dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan dan berbuat baiklah krn sesungguhnya Alllah mencintai orang-orang yg berbuat baik.” .

Demikianlah saudara2ku, tulisan ini hasil sebuah perenungan yang selama ini selalu menggelitik manakala ada teman maupun diri sendiri ingin berbuat kebaikan dan hasilnya selalu terbalik dengan realita kehidupan. Pada akhirnya tulisan ini berakhir pada kata "Manusia itu tak ada yang sempurna dan kesempurnaan hanyalah milik Allah"

19 Mei 2011

Penyesalan Terdalam


Rasulullah bersabda, “Tidak diterima sholat wanita dewasa kecuali yang memakai khimar (jilbab) (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, bn Majah)


Bergetar aku membaca sabda Rasululloh tersebut, ingin rasanya aku berteriak demi rasa sesal terdalamku.


Ya Allah..ampuni kami...karena kesombongan kami..
kami telah khilaf dan telah lalai menunaikan kewajiban itu.
Ya Allah..maafkan kami.. karena kebodohan kami..
Hingga buta mata hati kami, hingga tuli pendengaran kami, hingga kami menyia-nyiakan seruanmu itu.


Berulang kali sudah aku menuliskan tentang kewajiban menutup aurat, berulang kali pula tulisan itu seperti angin yang menerpa wajah dan melesat tanpa meninggalkan jejak. Aku sungguh tertarik ketika ada orang2 yang menyerukan kewajiban menutup aurat. Rasanya ingin sekali aku membisikkan pada mereka ayo..ayo... cepat segera lakukan, aku tak ingin nasib kalian sepertiku berakhir pada penyesalan terdalam. Mengingat masa2 itu ketika aku belum menjalankan seruan itu, bayangkan ternyata shalat yang aku jalankan gugur dan ibadahku menjadi sia2 manakala aku tidak menggunakan jilbab.


Inilah yang membuat rasa sesalku begitu dalam, hati rasanya tercabik2. Lantas bagaimana aku harus menebusnya..? Sesal itu tak akan pernah hilang, sesal itu membuahkan pesan berharga agar aku dapat menyerukannya pada saudara2 yang lain. Aku berharap banyak orang yang tergetar hatinya manakala tau bahwa seruan itu begitu dasyatnya.


Akupun sadar proses perubahan itu begitu sulit, pada saat itu akupun mengalami rasa bimbang berbagai pertanyaan selalu megusik hati, antara ingin, ragu. khawatir dan bimbang. Aku mengalami keraguan dan rasa khawatir manakala menyangkut kondisi pekerjaan dimana pada saat itu belum memungkinkan untuk menggunakan jilbab karena dikhawatirkan akan menghambat karir dan mobilitas dalam pekerjaan. Akupun merasakan bimbang karena berbagai pertanyaan dalam hati manakala aku tahu wanita muslim akan berdosa jika tidak menggenakan jilbab meskipun dia taat beribadah dan berahlak baik. Akupun mengalami ketakutan yang teramat sangat ketika dihadapkan pada satu peristiwa yang mengantarkanku mendekat pada ajal kematian, Azab apa yang akan aku terima jika pada saat itu aku meninggal dan belum menggenakan jilbab....? Itulah kemudian pertanyaan yang menyisakan jawaban dalam hati yang kemudian menumbuhkan tekad dan terwujud dalam niat ingin segera menggenakan jilbab.


Proses dari niat dan mewujudkan dalam tindakan yang nyatapun memang tidak mudah dan kitapun harus benar2 menyadari, yang lebih penting lagi harus membulatkan tekad yang kuat dengan niat yang tulus untuk menggenakan jilbab. Memang bukannya suatu jaminan seseorang yang berjilbab itu ahlaknya pasti baik, bukan jaminan pula hatinya pasti baik. Dalam ajaran Islam menutup aurat hukumnya wajib. Dan aurat wanita itu adalah seluruh badan, kecuali muka dan telapak tangan (atau sebagian ulama juga memasukkan kedua telapak kaki). Wajib karena apabila dilakukan, berpahala, dan jika ditinggalkan berdosa, bahkan untuk mencium wangi surgapun tidak bisa.


Rasulullah bersabda, “Para wanita yang berpakaian tetapi (pada hakikatnya) telanjang, lenggak-lengkok, kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk surga dan tiada mencium semerbak harumnya (HR. Abu Daud)


Saudara2ku tidakkah kalian menginginkan surga, kalian menjalankan shalat, kalian beramal dan kalian berusaha berbuat baik apakah hanya karena menginginkan surga...? Bagaiman jika semua kebaikan yang telah engkau perbuat ternyata tertolak, jangankan untuk memasuki surga mencium wanginyapun tak akan bisa. Itukah yang kalian harapkan..?


Jika kalian mengharapkan itu semua maka segerakanlah menggunakan jilbab karena memakai jilbab adalah kewajiban, maka siap ataupun tidak siap itu tetap harus dilakukan, sebagaimana shalat dan lainnya. Memakai jilbab harus dengan penuh kesadaran, itu lebih baik dan lebih mulia dari pada yang memakainya karena terpaksa atau karena satu dan dua hal.Islam adalah agama menyeluruh. Seluruh kewajiban harus dilakukan, dan seluruh larangan harus ditinggalkan. Hati baik, akhlak bagus, tentu dapat pahala, karena itu juga kewajiban.



Orang yang baik akhlaknya, tapi tidak menutup aurat, maka gugur pahala dari akhlak baiknya, juga berdosa karena tidak menutup auratnya. Tetapi ingat yang baik itu belum tentu benar, namun yang benar sudah pasti baik. Sahabat2ku yang belum tetapi ingin menutup aurat, segerakanlah janganlah menyesal seperti penyesalanku yang terlampau dalam. Saudaraku jilbab itu sesuatu yang ringan, tapi nyatanya begitu berat dikenakan. Percayalah, sebelum menggenakan memang selalu ada rasa khawatir takut begini takut begitu, tapi semua itu hanyalah perasaan yang dibesar-besarkan karena sesungguhnya syetan paling suka bermain2 dengan perasaan khawatir tersebut.

18 Mei 2011

5 Menit Yang Membawa Pesan


Pertemuan tak terduga itu memberikan tanda tanya dalam hatinya, pertanda apakah ini..?
Sungguh hal yang tak disangka2, sekian tahun sudah dia selalu hadir dalam kekosongan pikirannya.
Sekian tahun sudah dia selalu ada dalam bayang2 semu.
Bagai digulung ombak pikiran itu benar2 terhempas merangsek dalam getaran hati,
Bola mata itu, wajah itu dan senyuman manis itu masih seperti 25 tahun yang lalu. 
Sungguh gundah dibuatnya, mengapa Tuhan mempertemukannya hanya dalam waktu 5 menit saja.


Kalau bukan karena rambu2 mu ya Allah hilang sudah akal pikirannya.
Kalau bukan peringatanmu ya Allah gelap sudah matanya.
Kalau bukan rasa takutnya padamu ya Allah hancur sudah hatinya.
Cinta itu teramat dalam walau hadir hanya dalam bayang2 semu.
5 menit yang membawa pesan bahwa sesungguhnya cinta itu tak harus memiliki.
Bukankah kaupun mampu bahagia ketika melihatnya bahagia..?
Itulah cinta sejati sahabatku, walau bathin berontak tapi itulah kenyataannya

Detik ini bukanlah detik yang lalu, hari ini bukanlah sehari bahkan hari2 yang sudah berlalu
Tahun ini bukanlah 25 tahun yang lalu tapi saat ini adalah 5 menit pertemuan dengannya. 
5 menit pertemuan yang tak memberi jawaban cinta,
5 menit yang masih tetap dalam bayang semu.
Itulah cinta hatipun cukup bahagia bisa melihat bayangan nyata dalam kehadirannya,
Bayang itu tak lagi semu, bayang itu tak lagi berbingkai.

Menatapi pesonanya baginya sudah cukup. 
Sedih, bahagia, cinta, benci dan rasa sesal cukup sudah.
Katakan selamat tinggal pada masa lalu,
Hidup tak selalu mengikuti kata hati. 
Katakan selamat datang hari baru, 5 menit yang membawa pesan. 
Pesan yang hidup dalam realita bukan lagi dalam bayang semu.
Teruskan melangkah kawan, langkah penuh gairah jangan pernah lagi kau gelisah, 
Pun jangan pula kau menyesal, semua itu diluar kuasamu.

Karena detik ini kan segera berakhir dan esokpun kan segera hadir,
Waktu terus mengalir tanpa tolelir.
Mengapa kau buat hatinya berbunga kembali, jika dalam waktu singkat.
Mengapa kau biarkan hatinya kacau, jika tak kau berikan obat.
Biarkanlah hatinya meradang jika itu lebih baik. 
Jangan biarkan bunga itu mekar, jika itu yang terbaik.
Duh Gusti....kuharap mekarnya bunga itu hanya karenamu.
Dan harumnya bunga itu oleh cinta dan yang mencintaimu.


*) Untuk Sahabatku yang terjebak masa lalu


16 Mei 2011

Jadikan Setiap Harimu Adalah Hari Istimewa


"JANGAN PERNAH MELEWATKAN SESUATU UNTUK KESEMPATAN ISTIMEWA, SETIAP HARI DALAM HIDUPMU ADALAH KESEMPATAN YANG ISTIMEWA DAN JANGAN BIARKAN AKAL MENGANGGUR !"

Sahabatku pada suatu hari datang menemuiku, dia meminta ijin padaku bahwa hari itu dia tidak akan menghadiri acara pengajian yang rutin dilakukannya. Alasannya dia hanya ingin beristirahat sehari saja melewatkan satu hari tanpa kegiatan rutin sehingga pikirannya kosong dan itu membuatnya bisa rileks, begitulah menurut sahabatku. Pada kesempatan itu tak lupa dia menunjukkan pakaian lengkap dengan sepatu dan tas yang baru saja dibelinya yang terpaksa tidak jadi dipakai untuk suatu acara dan mengatakan bahwa semuanya itu akan dia kenakan pada acara berikutnya yang lebih istimewa. Ada keganjilan dari cara dia berbicara dan yang mengherankan mengapa semua perlengkapan yang dia tunjukkan berwarna putih, setahuku dia paling tidak suka menggenakan sepatu warna putih alasannya karena kulitnya gelap. Itulah detik2 terakhir aku berjumpa dengannya, karena selang waktu 1 hari aku mendengar khabar bahwa dia dilarikan ke Rumah sakit akibat pingsan yang berkepanjangan dan kemudian dinyatakan meninggal diakibatkan penyakit kanker rahim stadium 4. Kenangan yang selalu membekas dalam pikiranku yang menumbuhkan tekad dan memberi pesan bahwa " jangan katakan bahwa hari ini tidak istimewa dan jangan biarkan sedetikpun akal menganggur"

Aku masih berpikir bahwa kata-kata itu akhirnya bisa mengubah cara hidup. Ternyata mengisi akal dengan ilmu dan mengerjakan sesuatu tanpa harus menundanya adalah lebih baik. Disinilah pesan itu menjadi hidup ketika aku bisa mengertii bahwa kehidupan seharusnya menjadi sumber pengalaman supaya bisa hidup, tidak semata-mata supaya bisa survive (bertahan hidup) saja. Pesan ini memberikan makna untuk tidak berlama-lama menyimpan sesuatu. Kata-kata "Suatu hari " dan Satu saat nanti....." kita lenyapkan dari kamus.
"Jika dengan melihat,mendengar dan melakukan sesuatu ternyata bisa menjadi berharga, mari kita melihat, mendengar atau melakukannya sekarang."

Pertemuan terakhir dengan sahabatku memberikan arti bahwa hal-hal kecil yang mungkin bisa membuat menyesal jika kita tahu bahwa umur kita sudah dekat, untuk itu jadikanlah setiap hari menjadi istimewa dengan selalu menebarkan senyum pada teman dan katakan maaf setiap kali kita bertemu, katakan aku sungguh mencintaimu pada orang tua, suami/istri, teman, sahabat. Jangan lagi menunda sesuatu. Persiapkan bekal untuk menyambut kematian itu dan setiap pagi katakan pada diri bahwa "hari ini akan menjadi hari istimewa. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, adalah istimewa."

Apabila kamu mendapatkan pesan ini, itu karena seseorang peduli padamu, dan karena mungkin ada seseorang yang kamu pedulikan. Jika kamu terlalu sibuk untuk mengirimkan pesan ini kepada orang lain dan kamu berkata kepada dirimu sendiri bahwa kamu akan mengirimkannya "Suatu saat nanti", ingatlah bahwa "Suatu saat" itu sangat jauh ....... Dan mungkin tidak akan pernah datang . Kematian itu adalah misteri kehidupan......

15 Mei 2011

Gemuruh Di Bumi Lhok Nga


26 Desember 2004
Rihana bangun dengan perasaan kurang enak, pikirannya masih terngiang perkataan Abi. Sore tadi Abi begitu marah pada Rihana, entahlah Rihana tidak begitu paham kenapa Abi bisa begitu marah padanya hingga keluarlah perkataan "Makanya kalau shalat harus khusuk, jika tidak itu akibatnya perbuatan dan perkataan jadi tidak seimbang". Begitu marahnya Abi ketika mendapatiku sedang menonton film pada DVD yang kurang baik. Aku heran mengapa Abi berkata seperti itu, dadakupun serasa sesak. Rihana menarik nafas panjang sambil membulatkan tekad kali ini shalatku harus benar2 khusuk. Mengingat perkataan Abi, Rihana akhirnya menyelesaikan 2 rakaat shalat subuhnya, Aku sekarang paham mengapa Abi berkata seperti itu padaku, memang betul selama shalat pikiranku selalu terbang kemana2 hingga terkadang aku lupa dengan bacaan shalatku...Astagfirullahaladzim. Semua itu membulatkan tekad, aku benar2 ingin shalat dalam keadaan khusuk di shalat Dhuhaku nanti.

Hari ini hari Ahad, cuaca di bumi Lhok Nga begitu cerah. Bergegas Rihana mengambil air wudhu sambil membulatkan tekad dalam hatinya "kali ini harus berhasil" dan hatinyapun berkata Ya Allah bantulah aku agar shalatku sempurna dan benar2 khusuk, barangkali untuk pertama kalinya kepadamu ampuni aku ya Allah...
"Allahu-akbar!" Ketika takbiratul-ihram, persis ucapan itu hilang dari mulut Rihana. Tepat pada saat itu pula dari jarak seratus tiga puluh kilometer dari lhok Nga, dasar lautan retak seketika merekah panjang hingga ratusan kilometer dan Bumipun mnggeliat menggetarkan alam Lhok Nga. Tarian kematian mengiringi amukan alam pertanda kelam menakutkan-mencekam setiap sendi kehidupan.

Rihanapun tetap tak bergeming dia tetap khusuk dalam shalatnya "Allahu-akbar ka-bi-ra......." Seketika itu guncangan menghantam Bumi, bergetar dasyat, menjalar merambat menggetarkan seluruh dunia hingga radius ribuan kilometer. Bumi bak digoyang tangan raksasa dan air lautpun seketika mendidih tersedot kedalam retakan tanah maha luas itu. Tarian kematian semakin mengerikan, ratusan ribu penduduk Aceh dan milyaran penduduk duniapun tak tahu apa sesungguhnya yang terjadi. Pada saat yang sama seribu malaikat bertasbih di atas langit Lhok Nga siap menjemput kematian....

Gempa menjalar dengan kekuatan dasyat, Banda Aceh Rebah Jimpa, Niaspun lebur seketika, Lhoh Ngapun siap menyusul tepat diujung kalimat Rihana "...Wa-ma-mati...." tanahpun bergetar dasyat seakan ingin memuntahkan isinya, gedung2pun hancur, teriakan dimana, orang2 berhamburan, tapi Rihana tetap tak bergeming dia benar2 khusuk dan hanya satu harapannya dia ingin segera sujud. Rihana gemetar meneruskan bacaan shalatnya orang2 dalam rumahpun sudah berhamburan keluar dan bangunan rumahpun ambruk seketika pada saat Rihana sedang sujud bersamaan itu pula gelombang air lautpun datang mengganas tak terbendung siap melumatkan apa2 yang dilewatinya. Rihanapun terbawa oleh dasyatnya gelombang air laut.

Gelombang Tsunami sudah menghantam bibir pantai Lhok Nga, Banda Acehpun sudah tersapu bersih hanya mesjid yang tersisa, orangpun hanya bisa berteriak histeris tak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan diri. Rumah,mobil dan harta benda lainnya bagai sampah yang disapu air tak ada lagi nilai. pohon2 tumbang bagai akar lemah menunjang dan orang2 tak beruntung terperangkap oleh arus kencang mematikan malaikatpun sibuk menjemput maut.

Subhanallah Walhamdulillah Allahu-akbar....Rihanapun tersadar tergolek lemah tak berdaya, diapun mulai menyadari hanya selembar daun pintu kayu yang menopang bobot tubuhnya. Matanya menerawang melihat sekitarnya gelap tanpa cahaya akankah aku berada dalam kuburku, mengapa kuburku gelap seperti ini, berbagai bayangan memenuhi kekosongan ruang pikirannya. Tiba2 tanganya menyentuh air yang kemudian menyadarkannya bahwa dia tengah berada di tengah lautan, ya Allah...sungguhkah ini. Inikah balasan dari shalat khusukku, hingga tersisa antara aku dan Tuhanku. Inikah waktu yang kau berikan untukku agar aku bisa menebus segala kekeliruanku....ya Allah andai itu keinginanmu, selamatkan aku berilah kesempatan agar aku dapat memperbaiki shalatku....

Rihanapun akhirnya ditemukan team penolong setelah 4 hari terapung di tengah lautan, dan betapa senangnya dia bisa dipertemukan lagi dengan Ummi dan adik kecilnya. Dan Abi, rupanya itulah pesan terakhir dari Abi yang telah tertanam di hati Rihana.....

EP 15052011

14 Mei 2011

Jangan Beperilaku Seperti Anak Kecil

Seorang gadis kecilpun sibuk menghafalkan bacaan dalam shalat, lucu aku melihatnya walau kadang2 aku sering mengganggunya tapi dia belajar terus dengan tekun. " In-na sha-la-ti  Wanu-suki wa....wa....wama mati, wama ya ya...." dengam polosnya dia menghapal tanpa ada perasaan bersalah "eh...eh...salah, masa mati dulu baru hidup. Yang bener Wa ma ya ya wa ma mati"  aku mencoba membenarkan. Dasar anak kecil diapun membantah "kak, kan semua sudah disebutkan pasti Allah juga tahu kok maksudnya" hehe...aku hanya tersenyum simpul melihat ocehannya, bagaimana aku mesti menjelaskan pada anak kecil yang polos ini. Mereka belum memiliki pemahaman yang benar apalagi disuruh mengerti artinya. Akhirnya akupun mengalah, dan berusaha meluruskannya "Begini ya de, kalau belajar menghafal bacaan shalat  itu harus tahu artinya, nah kalau ga tahu ya seperti itu tadi wa...wa...ma..macet, eh salah lagi...nah andaikan ade pake kaos kaki di kepala lantas pake kerudung di kaki..bener ga...?" Anak kecilpun tertawa dan..."Masa kerudung jadi kaos kaki, terus kaos kaki di kepala....?" Itulah sekelumit kehidupan anak kecil dengan pemikiran yang masih dangkal sehingga sulit sekali menerima pemahaman yang benar. Akankah kita seperti anak kecil....?

Dari Anak kecilpun kita bisa belajar

“Namanya juga anak-anak”, begitu kira-kira ungkapan yang sering kita dengar dalam keseharian kita, sebagai tanda maklum kita atas kelakuan yang kurang patut yang dilakukan seseorang yang belum mengerti hakekat kebenaran, yang sering kita sebut anak-anak. Ada banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari perilaku anak-anak disekitar kita untuk mengukur tingkat kedewasaan dalam pemikiran. Seseorang bertanya seperti ini "Adakah manusia di dunia yang jauh dari ketentuan syariat tetapi ibadahnya luar biasa....?" Wah..wah...pengen disebut luar biasa tanpa mengikuti syariat, ya jadinya seperti anak kecil tadi. Aku jadi teringat ketika sahabat mengatakan ini "Memang tidak mudah kalau belajar ilmu agama hanya terpaku kaku pada nalar dan logika, apalagi belajar dengan tidak menggunakan pedoman Al-Qur'an, hadist Nabi, Fatwa dan Ijma para ulama, semua nyaris hanya disandarkan pada nalar dan logika. Jadinya semua agama dan ajaran dibenarkan karena semua tetap mengajarkan kebaikan, padahal baik menurut kita belum tentu baik menurut Tuhan".

Seringkali orang banyak tidak tahu tapi tidak mau bertanya, yang ada hanya ngotot sesuai dengan logika dan nalar yang dianggapnya sudah 100% benar. Cobalah mari bandingkan dengan sifat anak kecil, anak kecil ini sifat ingin tahunya teramat besar sehingga jika disikapi secara benar keingintahuan yang besar ini dapat kita arahkan untuk belajar ilmu yang bermanfaat bagi kita. Mereka juga jujur dan polos sehingga dengan kepolosannya mereka tak segan untuk bertanya. Hal ini berbeda jauh dengan orang dewasa, mereka tidak tahu dikasih tahu ga mau tahu yang  ada tetap bersikukuh pada pendiriian yang salah dan sudah jelas malu untuk bertanya.

Anak kecil itu paling suka pamer..lihat anak kita, ketika dia memiliki atau mengerjakan sesuatu, dia suka cerita/pamer kepada teman-temanya. Pun demikian dengan kita, kita akan dengan mudah mengatakan bahwa ilmu agama itu cukup menggunakan logika dan nalar, perilaku seperti ini tak beda jauh seperti yang digambarkan anak kecil. Artinya dia baru tahu sedikit lantas dia bisa berteriak mengatakan hal- hal yang jelas2 tidak mungkin. Itu suatu gambaran kekanak-kanakan kita dalam beribadah, ujung-ujungnya habis pada akhir kata yang penting semua mengajarkan tentang kebaikan. Jika sudah begitu kita pun harus mempertanyakan kedewasaan kita dalam mempelajari ilmu agama.

Anak kecil itu paling suka seenaknya sendirii, Pantas atau tidak, benar atau salah, bukan urusan, yang penting “aku”. Itu sifat sebagian anak kecil. Seseorang yang telah memiliki tingkat kematangan dan kedewasaan, akan selalu mengukur ucapan dan tindakannya dengan tiga barometer. Apakah apa yang akan kita  katakan/lakukan sudah sesuai dengan “syariat”, apakah sudah dilakukan dengan “thareqat” yang benar dan apakah ucapan dan tindakan kita mampu mencapai “hakekat” sebagaimana adanya. Orang yang suka bicara dan berbuat seenaknya sendiri, harus kembali meninstropeksi tingkat kedewasaanya.

Anak kecil itu suka memaksakan kehendak, ”Pokoknya saya mau ini”, itulah ungkapan yang sering kita dengar ketika seorang anak menginginkan sesuatu. Tidak peduli apakah pilihannya tepat atau pantas bagi dirinya, tidak peduli dengan pendapat dan nasehat dari orang tuanya, yang mungkin lebih tahu kepatutan dan kebutuhannya. Itulah kita, yang terkadang memaksakan kehendak dan keinginan kita walaupun kadang2 menyalahi aturan. Semuanya hanya cukup diukur dengan logika dan nalar kita, tidak peduli terhadap petunjuk dari Allah yang lebih tahu kebutuhan hambanya.

Anak kecil itu belum tahu tanggung jawab, sehingga maklum jika seorang anak yang belum dewasa belum memiliki tanggung jawab, baik secara pribadi maupun tanggung jawab kolektif. Tapi jika kita yang sudah memasuki usia hampir setengah abah masih belum memiliki tanggung jawab terhadap syahadat kita, maka kita harus kembali bercermin, benarkah kita sudah dewasa. Kalimat syahadat adalah kalimat yang sarat makna dan mengandung berbagai konsekuensi. Ketika kita berikrar bahwa “tiada ilah yang berhak diibadahi, artinya kita secara akidah dan moral harus bertanggung jawab untuk melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab dan meninggalkan ilah-ilah selainya. Ketika kita berikrar bahwa Muhamad adalah Rosul-Nya, maka kita harus secara dewasa menjadikan beliau sebagai the only one teladan yang harus kita ikuti.

Itulah sekelumit gambaran dan hikmah yang dapat kita ambil untuk mengukur tingkat kedewassan kita melalui anak kita.

Belajar Ilmu Agama Harus Benar

Benar....benar.... yang bagaimana...?
Benar itu maksudnya harus sesuai syariat dan berpedoman pada Al-Qur'an dan Hadist. Belajar ilmu agama itu harus tahu hukum syariat sehingga kita dapat memahami secara benar sehingga semuanya tidak hanya terbatas pada nalar dan di interprestasi dengan logika. Hukum syariat tersebut harus benar2 dipelajari dan dipahami. Ibarat kita memakan mangga makanlah dagingnya jangan kulitnya ataupun bijinya.  Iman itu harus melangkah lebih dalam,  bukan hanya di kulit, di tepian, dalam ketakutan, keraguan. Tapi bukan pula keterlampauan, ekstrim, merasuk hingga menelan biji, merakus hingga aniaya.
"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi. Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. {TERJEMAHAN DATA SUCI Q.S. Al-Hajj (22) : 11}"

Iman kita akan terus berkurang dengan sebab ketidaktahuan kita tentang Islam, Iman, Kufur, Syirik, dan dengan sebab banyaknya dosa dan maksiyat yang kita lakukan ! Bukankah Iman kita jauh lebih berharga daripada hidup ini ? Dari sekian banyak waktu yang kita habiskan untuk bekerja, berusaha, bisnis, berdagang, kuliah dan lainnya, apakah tidak bisa kita sisihkan sepersepuluhnya untuk hal-hal yang dapat melindungi Iman kita ?

Setiap muslim harus memahami esensi ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih menurut pemahaman orang-orang shalih terdahulu. Oleh karena itu ia harus tahu agama Islam dengan dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah sehingga ia dapat mengamalkan Islam ini dengan benar.

                                                                    ~ Salam Ukhuwah ~


10 Mei 2011

Perjuangan Dalam Berda'wah


Aku selalu tertarik dengan sesuatu yang berbau da'wah entah itu hanya sekedar nasehat ataupun berupa ilmu yang erat kaitannya dengan kehidupan Dunia wal akhirat, ketika ku jumpai suatu tempat dengan pola yang seperti itu maka aku akan selalu mendekati dan berusaha masuk didalamnya. Aku merasa aku sangat miskin dengan ilmu, aku butuh inspirasi dan motivasi yang selalu mendorong aku untuk dapat hijrah dan selalu hijrah hingga lambat laun akupun berharap bisa dipertemukan dengan cahaya itu.

Rupanya hanya untuk mendekati nasehatpun bukan main syetan menyusup dalam sendi2 kehidupan manusia sehingga tak sedikit kerikil2 yang menghalangi, bahkan nyaris kita berjalan ditempat  licinpun terpeleset dan terpental, begitu pandainya syetan bekerja hingga manusia tanpa sadar menjauh dan akhirnya lupa. Bathinku menolak semua itu, tapi demi jalan lurus yang harus aku lalui aku perlu berdiam diri sejenak dan menyusun suatu strategi agar aku bisa mengalahkan syetan2 yang selalu menghalangi jalanku. Aku kuatkan hati dan aku yakin pasti aku bisa...insya'allah dengan kekuatan doa syetan2 pun akan tumbang dan akupun akan jadi pemenang....

Dalam berda'wah kita dituntut bekerja sama untuk saling menopang agar da'wah bisa hidup, jika diperlukan harus ada orang2 yang berada pada posisi yang benar2 membutuhkan ilmu sehingga terjadilah diskusi yang pada akhirnya da'wah bisa berkembang dengan baik. Komunikasi dalam Islam dinilai penting, karena adanya kewajiban berda’wah kepada setiap orang-orang yang beriman sehingga nilai-nilai Al Qur’an dan haditsnya harus selalu dikomunikasikan kepada orang lain, khususnya keluarga guna menghindari siksaan api neraka.

Komunikasi sangat berpengaruh terhadap kelanjutan hidup manusia, baik manusia sebagai hamba, anggota masyarakat, anggota keluarga dan manusia sebagai satu kesatuan yang universal. Seluruh kehidupan manusia tidak bisa lepas dari komunikasi. Dan komunikasi juga sangat berpengaruh terhadap kualitas berhubungan dengan sesama.

Wahai kawan... "jangan pernah berkata dunia membutuhkanmu" Jika kenyataanya, kita hanya memikirkan seseorang yang jelas2 tidak peduli terhadapmu. Jangan pernah berdalih memikirkan ummat, jika dalam benak kita hanya berisi pertanyaan: apa makanan dan minuman kesukaannya? Apa warna kesukaannya? Siapa teman terdekatnya? Berapa ukuran sepatunya? Apa hobinya? Lewat mana dia kalau berangkat pergi? Kemana dan kapan dia membeli kebutuhan bulanannya? Bahkan mencoba selalu menguntit semua kegiatannya! Sadarlah kawan dunia ini bukan sekedar apa yang kau pikirkan tentang dia, carilah yang lain yang lebih penting dari sekedar hanya memikirkan dia..!! Jangan bunuh pikiranmu dengan hal-hal yang tak berguna..!! Dia yang kau pikirkan itu sama sekali tidak akan menjadikanmu sebagai dunianya..!!

Da’wah adalah sesuatu yang suci…
Qod aflaha man zakkaha (Beruntunglah orang yang membersihkan diri)…
Wa qod khoba man dassaha (Dan celakalah orang yang mengotori dirinya)…

Bahwa hubungan ikhwan dan akhwat aktivis da’wah adalah seperti saudara…
Cukup sampai disana…
Kalaupun terjadi gangguan hati yang  merupakan sunnatullah akibat adanya interaksi,
Tidak akan melebihi taraf SIMPATI
Kecuali Allah memberikan kesempatan padanya untuk menyelesaikan setengah agamanya…

Sehingga orang yang berhak dan akan bertahan dalam jalan ini,
Adalah orang yang niat ikhlas membersihkan dirinya…
Dia ikut tarbiyah dengan keikhlasan,Bukan ingin ketenaran…
Dia berda’wah ingin menuju Jannah-Nya,
Bukan ingin mendapatkan jabatan, fans atau lainnya…

Ingat ikhwan wa akhwat fillah

Untuk ikhwan…
Bila kamu istiqomah di jalan da’wah ini,
Bidadari telah menanti kamu di syurga nanti…

Untuk akhwat…
Bila kamu istiqomah di jalan da’wah ini,
Kamu lebih baik dari bidadari yang terbaik yang ada di syurga…

Untuk itu wahai kawan, sudahilah sandiwaramu itu. Gerak gerikmu sudah terbaca, bahasamu sudah terdengar akrab, jangan lagi berfikir orang lain harus berteman dengan siapa..! jangan lagi berfikir orang lain selalu berfikir sama denganmu..! Kau bersembunyipun percuma, karena kau tak lebih dari seorang pengecut yang hanya ingin mengacaukan suasana..! Ingatlah jangan halangi langkah kami, jangan hancurkan misi kami..itu semua tiada berguna lagi.

9 Mei 2011

Susahnya Mengenali Diri Sendiri


Seberapa susahnya sebenarnya kita mengenali diri sendiri tu..?
Kadang2 kita ini begitu pintarnya mengenal orang lain, tapi kita sendiri tidak mengenal diri kita sendiri.
‘Barangsiapa mengenal diri (sejati)nya, akan mengenal Tuhannya’. Man ‘Arafa Nafsahu, Faqad ‘Arafa Rabbahu. Konon itu kata-kata Baginda Rasulullah SAW (walaupun masih ada banyak perdebatan mengenai siapa sebenarnya yang mengucapkan kata-kata tersebut, tapi di kalangan pejalan ruhani yang pernah mimpi bertemu dengan Baginda Rasul SAW, konon Beliau membenarkan bahwa kata-kata tersebut adalah kata-katanya —red.). Walaupun secara sanad tidak sahih, namun maknanya adalah pengulangan dari ayat Quran, “walaa takuunu kalladzi nasullah, fa ansyahum anfusahum..”, “janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang melupakan Allah, maka mereka sebenarnya melupakan diri sendiri”. Jadi, “Lupa Allah => Lupa diri sendiri”, kalau dibalik secara logika menjadi “ingat/mengenal diri => Mengenal Allah”.

Mengetahui orang lain adalah kebijaksanaan
Mengetahui diri adalah pencerahan.
Menguasai orang lain memerlukan kekuatan
Menguasai diri membutuhkan kekuatan.

Mengenal diri sendiri adalah sebuah kewajiban. Bagaimana mungkin mampu mengimplementasikan perintah Allah, bila diri ini saja tidak dikenal. Lalu bagaimana bisa memahami keinginan Allah SWT. Bagaimana mungkin bisa tunduk kepada_Nya jika tak mengenal siapa diri kita ini. Coba kita perhatikan jawaban2 dari pertanyaan ini, ketika berada di gerbang sakaratul maut :
"Siapa kamu...?"
"Fulan, tuan.."
"Apakah itu namamu...?"
"Betul, tuan.."
"Aku tidak bertanya namamu, tapi aku tanya siapa kamu"
"Saya seorang muslim, saya seorang pengikut Rasululloh tuan"
"Aku sedang tidak bertanya agamamu, tapi aku bertanya siapa kamu...?"

Dia tidak bisa menjawab, terjegal justru oleh sebuah pertanyaan yang sungguh sederhana: siapa dirinya yang sebenarnya.

Untuk mengenal diri diperlukan suatu “pengakuan”, sehingga kita menjadi dewasa dan semakin arif. Dalam pengenalan diperlukan suatu wawasan secara batiniah yang jernih, karena kalau dengan akal maka yang ada hanya sebatas debat yang tidak selesai. Dalam pengenalan diri diperlukan waktu dan pendekatan pada Allah, karena sesungguhnya ruh kita adalah bagian dari Yang Maha Besar. Selama ini kita sering mengabaikan dan tidak memperdulikan ruh kita, sehingga ruh menjadi sang yatim yang terbelenggu dengan segala hijab yang kita ciptakan sendiri. Sudah waktunya kita mengenal dan mencari, sehingga kita tidak tersesat.

Mengenali diri sendiri adalah kunci pembuka untuk mendekatkan diri kepada Allah, betapa sulitnya untuk bisa mengenali diri sendiri jika di dalam hatinya masih terselip sifat sombong dan angkuh, betapa sulitnya memahami diri sendiri jika didalam hatinya ada rasa selalu ingin dipuji, sehingga perasaan2 semacam itulah yang menjadi jurang pemisah yang dapat mempersulit untuk mengetahui siapa dirinya sebenarnya.

MENGENAL DIRI SENDIRI
Langkah pertama untuk mengenal diri sendiri ialah dengan mengetahui bahwa diri itu tersusun dari bentuk-bentuk lahir (yang disebut badan atau jasad) dan bentuk-bentuk bathin (yang disebut qalbu atau jiwa). Yang dimaksudkan dengan Qalbu itu bukanlah yang berupa segumpal daging yang berada disebelah kiri badan (yang dikatakan jantung). Tetapi dialah Roh suci dan berpengaruh di dalam tubuh dan dialah yang mengatur jasmani dan segenap anggota badan. Dialah Hakikat Insan Allah (yang dinamakan diri yang sebenarnya diri). Dialah yang bertanggung jawab dan dialah yang dipuji atau diseksa oleh Allah SWT.

Untuk meneliti dan mengenal diri sendiri itu, maka jasad dapat dimisalkan sebagai suatu kerajaan. Dan roh sebagai Rajanya yang berkuasa dan dialah yang mengatur jasmani. Jasmani adalah sebagai suatu Kerajaan dalam bentuk Alamuasyahadah atau Alam Nyata. Seluruh badan jasmani akan hancur binasa setelah mati, tetapi hakikat Roh dan jiwa tidak akan mati, ia tetap tinggal dalam Ilmu Allah. Dan Rohani / Jiwa adalah sebagai Raja dalam bentuk Alam Ghaib, maksudnya bahwa Roh / Jiwa itu adalah ghaib, keadaannya tidak terpisah-pisah, tidak terbatas oleh waktu dan ruang, tidak tentu tempatnya dalam sesuatu bahagian tubuh, oleh kerana itu maka setiap manusia adalah merupakan pemerintah di atas kerajaan kecil didalam dirinya sendiri. Sungguh benar sekali istilah yang menyebutkan bahwa ”Manusia itu adalah mikromos” atau dunia kecil dalam dirinya sendiri. Sebahagian orang berpendapat bahwa hakekat Qalbu atau Roh itu dapat dicapai dengan cara memejamkan kedua matanya serta melupakan segala yang ada di sekitarnya, kecuali pribadinya. Dengan cara begitu akan dapat juga kilauan dari alam abadi kepada pribadinya (dalam mengenal dirinya).

Tetapi bagaimanapun juga segala pertanyaan yang mendalam tentang hakikat Roh yang sesungguhnya, adalah tidak diizinkan oleh Allah Yang Maha Esa. Didalam Quran Allah berfirman: ”Mereka itu bertanya kepada Engkau Muhammad, tentang Roh, katakanlah bahwa Roh itu urusan Tuhanku, tidak kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit saja” .(S. Isra 85) . Apabila seseorang bertafakur atas dirinya sendiri, maka ia akan dapat mengetahui bahwa dirinya itu pada masa dahulunya, ”tidaknya pernah ada”. Firman Allah: ”Tidaklah manusia itu ingat bahwa kami menjadikannya dahulunya sedang ia belum ada suatu apapun”. Kemudian manusia itu akan mengetahui bahwa ia sebenarnya dijadikan dari setitis air (mani) yang tidak mempunyai akal sedikitpun, tidak mempunyai pendengaran, penglihatan, kaki, tangan, kepala dan sebagainya. Dari sinilah manusia akan mengetahui dengan terang dan nyata, bahwa tingkat kesempurnaan yang ia dapat capai bukanlah ia yang membuatnya, karena sehelai rambut pun manusia itu tidak akan sanggup membuatnya. Dengan jalan memikirkan hal tersebut  maka manusia itu dapat menemukan dirinya di dalam kejadian yang sangat kecil bila dibandingkan dengan Kekuasaan dan Kasih-Sayangnya Tuhan yang menjadikannya. Dan apabila manusia itu berfikir jauh maka ternyata didalam kehidupan ia memerlukan berbagai macam keperluan seperti makanan, pakaian, perumahan dan sebagainya ,yang kesemuanya itu telah tersedia lengkap didalam muka bumi ini.

Disini manusia akan menjadi sadar akan sifat Rahman dan Rahimnya Allah yang begitu besar dan luasnya. Demikianlah alam dunia yang diciptakan Allah penuh dengan keajaiban keajaiban. Rangka jasad adalah bukti Kekuasaan dan KebijaksanaanNya dan penuh pula dengan berbagai-bagai alat kelengkapan yang dibuatNya sebagai tanda Kasih Sayang-Nya, pada keperluan hidup manusia, maka oleh karena itu manusia akan mengetahui bahwa Allah itu ”ADA”. Oleh karena itu benar-benar bahwa dengan penelitian dan pengenalan diri sendiri akan menjadi kunci bagi pengenalan Allah.

MENGENAL ALLAH
Bagian yang penting dalam mengenal ALLAH, datangnya dari perbuatan perbuatan kita bagi mempelajari dan meneliti serta memikirkan diri sendiri, yang memberikan kepada kita kekuatan,kepandaian dan mencintai ciptaanNya. Sifat sifat manusia, bukan hanya menjadi gambaran dari sifat sifat ALLAH, tetapi juga ragam adanya jiwa manusia membawa keinsafan kepada pengertian adanya ALLAH. Maksudnya bahwa kedua duanya yaitu ALLAH dan ROH adalah ghaib, tidak terpisah, tidak terbilang, tidak berupa, tidak berbentuk, tidak berwarna dan tidak berukuran.

Manusia mendapat kesukaran dalam menerima gambaran tersebut, Tetapi kesukaran kesukaran itu sebetulnya dirasakan oleh fikiran kita setiap waktu seperti perasaan marah,sakit ,gembira dan cinta.Hal ini merupakan faham fikiran dan tidak dapat diketahui oleh otak karena disebabkan oleh bentuk-dan ukurannya. Seperti halnya, telinga tidak dapat mengenal warna, mata tidak dapat mengenal suara dan begitu pula dalam mengertikan kenyataan kenyataan pokok yakni Tuhan dan Roh, Kita sendiri hanya dapat sampai pada batas batas yang dapat dicapai oleh akal fikiran dan selebihnya akal fikiran kita tidak sanggup lagi memikirkannya sebegitu jauh. Betapapun juga ,kita dapat melihat bahwa ALLAH itulah yang mengatur alam semesta dan Dia adalah tidak mengenal ruang dan waktu, tidak mengenal bentuk dan ukuran, yang memerintah segenap perkara sesuai keadaannya.Sebagaimana yang telah diuraikan,, ”ROH” tidak mempunyai tempat tertentu dalam sesuatu bahagian badan, tidak terpisah pisah,tidak mengenal bentuk dan ukuran tetapi ia memerintah “JASAD”. Demikianlah ALLAH, tidak mengenal ruang dan masa,tidak mengenal bentuk dan ukuran tetapi DIA memerintah Alam Semesta. Itulah Tuhan Yang Esa,Maha Kuasa,Maha Besar dan Maha Agung.

"Kehidupan sehari-harinya dalam rangka latihan menggapai tataran lebih tinggi, artinya harus berbuat apa saja yg bukan perbuatan melawan rumus Tuhan. Tidak hanya berteori, kata kitab, kata buku, menurut pasal, menurut ayat dst. Namun berusaha dimanifestasikan dalam perilaku dan perbuatan kehidupan sehari-hari."

Sumber : Terjemahan dari kitab ”KimyauSaadah” oleh Al Ghazali.

Dialog Kabayan Dengan Para Penulis


Si Kabayan dengan penuh rasa penasaran bertanya2 dalam hatinya, mengapa sekarang ini banyak sekali penulis bertumbuhan dimana-mana apa mereka ga punya kerjaan kok apa-apa ditulis, begitu pikirnya..hingga suatu hari diapun bertanya,,
Kabayan : " Hai para penulis mengapa kalian ini kok suka banget ama nulis apa ga ada kerjaaan....?"

Penulis Fiksi : " Karena aku suka berkhayal dan berimajinasi makanya aku memilih jadi penulis fiksi. Penulis fiksi paling seneng bercerita tentang kejadian2 apapun yang sudah maupun belum terjadi, biasanya sih ga jauh2 dari pengalaman temen maupun pengalaman pribadi tentunya dibumbui trik dan intrik biar lebih menarik, eh..kabayan lumayan lho dari pada lumanyun... kan bisa jadi sampingan juga "

Penulis Ilmiah : " Kenapa saya suka nulis, tentunya berawal dari hobby saya yang suka baca buku, suka diskusi, suka meneliti akhirnya saya jadi punya keinginan kuat untuk menuangkan ide atau gagasan lewat suatu tulisan. Yang jelas dari nulis bisa dapat royalty "

Penulis Biografi : “ Saya menulis karena saya ingin menjadi bagian dari sejarah kehidupan manusia. Orang-orang yang dicatat dalam sejarah akan abadi namanya. Salut pada orang-orang yang selalu menulis dalam hidupnya, yang lebih penting saya bisa berjumpa dengan orang2 hebat  bayangin kabayan.. bisa ketemu orang2 dari mulai pejabat, orang top, artis wah pokoknya banyak lagi deh, ga lupa kocek tentunya selalu tebal 

Penulis kambuhan : " Jawabannya ada di buku Minder itu Nikmat... hahaha... Menulis karena dulu minderan, dikit2 minder..dikit2 minder jadinya mending nulis lewat diary dari pada curhat ke temen eh...kabayan hebatnya lagi sekarang saya jadi seneng nulis apa aja saya tulis cik kabayan punya cerita menarik apa dengan si iteung biar saya tulis, jangan khawatir bakat saya teh sudah terasah kali2 aja jadi bomming bukunya bisa meledak pastinya dompet mah tambah tebel. "

Penulis Blog : “ Kalo aku sih suka banget nulis soalnya nulis itu bisa bikin aku lebih kenal sama diri sendiri. Terus juga, nulis bisa buat sarana perenungan, cara mencarii solusi untuk masalah-masalah yang aku hadapi. Jangan salah kabayan nulis bisa ngebuat kita berfikir secara sistematis dan ngeliat sesuatu bukan cuma dari sudut pandang kita sendiri. Coba deh kabayan nulis manfaat nulis bisa dasyat banget buat buat diri sendiri yang jelas aku ga bisa nentuin apakah ini hobi, bakal jadi profesi sampingan atau apa namanya yang penting nulis sudah jadi kebutuhan aku. Ada lagi kabayan nulis menjadikan aktualisasi diri nahnu du'at qabla kulli syai'in...jadi da'wah lewat pena, jadi yang penting banget buat aku dunia kepenulisan bisa jadi sarana berda'wah buat memberikan inspirasi buat orang lain "

Kabayan : " Wah...wah... saya jadi pengen nulis kalau begini mah, tapi gening disidik2 cuma penulis blog yang gratisan teh, naha....emang ga butuh duit kok mau nulis gratis....? Saya juga sebenarnya diam2 punya juga bakat nulis.
Abdi teh pengen nulis karena persediaan pulpen banyak, maklum lah kalau ada temen2 yang pada nongkrong di rumah ambu teh pada kotrat-katret ga tau apa yang ditulis jadi we si pulpen teh katinggalan, dikumpulin jadi banyak. Nah...lumayan kan buat nulis, tapi nu jadi masalah teu boga kertas buat nulisnya, di tembok wae kitu....? Naha jadi lieur kieu, gimana ini teh semangat sudah terlanjur menggebu2 pengen nulis....ah..pusing geuning coba ah nulis ini  'Pekerjaan seberat apapun akan terasa ringan jika tidak dikerjakan dan pikiran seberat apapun akan terasa ringan jika tidak dipikirkan'  tah kitu we kabayan mah...."

Para penulis : " Dasar kabayan......"

hehehe.....Note diatas hanya sekedar intermezo saja, sebenarnya saya ingin menyampaikan Mari kita gali semangat lewat Resensi Buku.

Menggali Semangat Lewat Resensi Buku
Sebenarnya saya mempunyai obsesi ingin menulis resensi semua buku yang telah saya baca tapi nyatanya tidak mudah. Dari semua buku tak satupun yang bisa saya resensi, yang jelas kadang2 kendalanya malas baru 1/4 jalan sudah berhenti. Ah tapi biarlah itu berjalan apa adanya cuma disini saya hanya ingin berbagi pada temen2, saya pribadi kadang meresensi buku  setiap selesai membaca memiliki keuntungan yaitu saya tidak cepat lupa dengan isi dari buku jika kemudian hari ada yang bertanya tentang buku tersebut. Selain itu, dengan meresensi buku, sedikit banyak bisa menumpahkan penilaian subyektif saya terhadap sebuah buku. Tidak jarang, ketika meresensi sebuah buku saya menjadi lebih memahami isi buku yang sebelumnya sempat membuat isi kepala menjadi kusut, karena dari kegiatan tersebut kepala saya menjadi lebih bisa memilah-milah kelebihan dan kekurangan yang berkenaan dengan buku tersebut. Bahkan saya juga bisa sedikit membandingkan sebuah buku dengan buku lain yang pernah dibaca [dan diresensi]. Berbagi.... Poin ini jugalah yang menjadi tambahan motivasi untuk terus menulis, Bagaimana dengan temen2 apakah ada yang satu ide...?  Diam2 jadi bisa membantu seseorang sebelum membeli atau memilih sebuah buku.@@Fuh...!! jadi sedikit termotivasi membuat resensi setelah menulis cerita ini W0oooooow...! Semangat lagi.....!!

Kesabaran Itu Memang Harus Diuji


Jangan sesumbar mengatakan sabar kalau belum melalui suatu ujian, kualitas kesabaran seseorang akan terlihat jelas ketika dia keluar dari suatu kesulitan, entah itu kesulitan yang mengobrak abrik perasaan hati hingga kesulitan yang menyangkut duniawi. Terkadang kita dihadapkan dengan seseorang yang nyata-nyata tidak kita sukai, tetapi kita tetap harus dapat menyimpan perasaan itu dengan maksud untuk tidak melukai perasaan orang tersebut, disinilah kita dituntut bersabar. Tapi anehnya ketika dibiarkan eh...orang tersebut malah keterusan membuat perasaan benar2 jadi muak, apalagi jika sudah berbicara masalah2 tentang kewajiban sementara dia sendiri tidak mau melaksanakan kewajiban tersebut, dalam bahasa kerennya mungkin disebut "Sok iye..!!" Dalam bertutur kata sangatlah pintar, dalam berdebat pandai berkelit, semua yang dikatakan tentang kebenaran tapi dia sendiri tak mau menjalankan apa-apa perintah yang jelas2 dia sudah mengetahuinya. Bagaimana menghadapi orang-orang bebal seperti ini...?

Orang bebal itu mungkin cuma bisa berubah seandainya kita bisa kalahkan dia dengan telak, dia rubuh, jatuh…mungkin dia akan sadar dengan segala kebebalannya…tapi apa iya perlu kayak gitu..? Jangan biarkan orang yang bahkan ga ada hubungannya dengan kita merusak hati kita..anggap saja ketika kita bertemu mereka, itu adalah jalan kita buat belajar lebih sabar…meskipun pada kenyataanya sabar itu harus ada batasnya...

Seringkali status-status dalam facebook yang menyerukan suatu kebenaran ataupun mengungkapkan suatu pendapat tentang kehidupan dan apa2 yang harus dijalankan sesuai tuntunan, memicu berbagai pendapat yang berakhir dalam suatu perdebatan,  perseteruan tersebut meski hanya sebatas lisan yang kemudian bermuara pada pertahanan terhadap pendapat masing-masing namun dapat juga mengundang perselisihan. Dalam debat, kita bisa saja membuat lawan kita “mati kutu” akan tetapi kita tidak dapat memenangkan hatinya...baik untuk kita maupun lawan kita sehingga memberikan dampak penilaian yang kurang baik terhadap diri kita dari orang lain.

Diriwayatkan bahwa ada seorang anak yang bertanya kepada bapaknya, “Ayah, ananda melihat ayah melarang kami berdebat, padahal dahulu ayah pendebat ulung.” Sang bapak menjawab, “Wahai anakku, dahulu kami berdebat dengan perasaan was-was yang amat sangat kalau-kalau kami mengalahkan lawan bicara. Sedangkan kini, kalian berdebat dengan rasa cemas jangan-jangan tergelincir lantas dikalahkan oleh lawan bicara. “ Nah kita berhak berdebat dan mematahkan lawan jika itu sudah menyalahi aturan dan keluar dari koridor rumus2 Allah.

Jika perdebatan semakin memanas dan dia tetap mempertahankan pendapatnya yang keliru, katakan padanya “Dan sederhanakanlah dirimu dalam berjalan dan lunakkan suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.”  Tegaskan ungkapan, fasihkan lisan, dan baguskan penjelasan adalah sebagian dari pilar-pilar penopang diskusi dan dialog yang produktif. Rasulullah Saw bersabda, ”Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh mejelisnya dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang berlebihan dalam berbicara, yang suka mengungguli orang lain dengan perkataannya, dan yang menunjuk-nunjukkan mulut besarnya dengan omongan untuk menampakkan kelebihan di hadapan orang lain.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Hal yang lebih indah untuk mematahkan lawan dengan memberikan suatu isyarat yang tepat, agar bisa lebih berguna dari uraian dan penjelasan panjang lebar. Tindakan ini sekaligus berguna untuk mengoreksi kesalahan yang diperbuat orang lain tanpa membuat mereka tersinggung. Itulah yang pernah dilakukan oleh dua cucu Rasulullah Saw, Hasan dan Husain, ketika melihat seseorang yang kurang benar dalam berwudhu. Sementara rasa malu kepada orang itu menghalangi mereka untuk mengingatkannya secara terus terang. Keduannya (Hasan dan Husein) pun bermusyawarah, lalu bersepakat mendatanginya dan meminta kepadanya untuk menilai mereka berdua, mana yang lebih benar wudhunya. Orang itu lalu melihat secara cermat dan menilai wudhunya Hasan dan Husein. Setelah itu, sadarlah dia bahwa selama ini ia tidak bisa berwudhu dengan baik seperti wudhunya Hasan dan Husein. Inilah yang dimaksud dengan bayan (kejelasan)....berhubung ini medianya hanya dua dimensi maka berikan pilihan diantara yang baik dan benar biarkan dia suruh memilih, jika dia berpegang pada pilihan yang kurang tepat kita bisa patahkan dari arah tersebut.

Jadi berikan kejelasan yang telak pada lawan diskusi, agar benar2 jelas kalau perlu lengkapi dengan contoh2 .dan gunakan Ilustrasi. Pelaku diskusi yang cerdik adalah mereka yang pandai membuat ilustrasi guna melengkapi dan memperjelas setiap uraian pembicaraannya. Imam Ghazali pernah membuat ilustrasi untuk orang yang mencegah kemungkaran dengan kekerasan. Mereka seperti orang yang ingin menghilangkan bercak darah dengan air kencing. Cara mencegah kemungkaran seperti itu adalah bentuk kemungkaran yang lain, bahkan bobot kemungkarannya lebih besar daripada kemungkaran yang diberantas. Kedua-duanya sama-sama najis, tetapi najisnya air kencing lebih berat.

Dalam menyerang dan Mematahkan meskipun dengan argumentasi yang kuat dan dalil yang nyata, dapat menimbulkan kebencian bagi orang lain. Mematahkan lawan dengan mendapatkan simpati hati, sebenarnya lebih penting daripada mendapatkan perubahan sikap tetapi harus berangkat dari hati yang tidak tulus. Adapun bersikap lemah lembut (menahan emosi), akan membuat dia merasa puas dengan pendapatmu, cepat atau lambat.....

Good luck...!!,, Sahabatku...

8 Mei 2011

Prinsip Pribadi Muslim



Prinsip (51-61) Dari 
61 PRINSIP PRIBADI MUKMIN


Klik Catatan Sebelumnya : 


51. Memiliki sifat perkasa

Seorang mukmin harus memiliki sifat perkasa, di antaranya dalam menjaga kemuliaan diri, keluarga, saudara dan dien-nya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Kekuatan (keperkasaan) itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.” (QS. Al-Munaafiquun {63}:8).

52. Memiliki tekad yang kuat

Tekad yang dimulai dari adanya niat, kesabaran dan keteguhan dalam menghadapi rintangan untuk mencapai sesuatu. Seorang muslim yang shalih harus memiliki tekad untuk melakukan sesuatu yang terbaik dalam hidupnya, demi meraih kebahagiaan di akhirat.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perkataan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang ditekadkan.” (QS. Asy-Syura’ {42}:43).

53. Menundukkan (memalingkan) pandangan

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menundukkan pandangan.” (QS. An-Nuur {24}:30).

Betapa banyak orang Islam yang terjerumus ke dalam perbuatan maksiat dan perzinaan yang bermula dari pandangan mata. Karena itu, setiap orang yang beriman diperintahkan untuk menundukkan pandangannya dan tidak melepaskannya untuk menuruti hawa nafsu.

Hikmah dari menundukkan pandangan di antaranya adalah terjaganya kesucian hati dan menghindarkan kita dari perbuatan yang tercela dan keji. Ali bin Abi Thalib berkata, “Barangsiapa belum mampu menguasai (pandangan) matanya, maka hati pun tidak ada nilai baginya.”

Imam Muslim, Abu Dawud dan at-Tirmidzi meriwayatkan dari Jaris, bahwa dia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw mengenai melihat (wanita lain) secara tiba-tiba, lalu beliau menjawab, “Palingkan pandanganmu!”

54. Qana’ah

Qana’ah adalah rela menerima apa adanya dan menjauhkan diri terhadap rasa tidak puas atau tidak ridha akan apa yang diberikan oleh Allah swt. Namun qana’ah bukan berarti pasrah dan malas untuk berusaha dalam hidup ini, melainkan tetap berusaha sekuat tenaga dan tidak kecewa apabila usaha kita belum berhasil, atau jika doa kita belum dikabulkan oleh Allah ta’ala.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Sesunnguhnya orang-orang yang banyak berbakti, benar-benar berada dalam kenikmatan.” (QS. Al-Infithar (82}:13).

Para musafir mengatakan, “Yang dimaksud adalah sifat qana’ah di dunia.”

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Kekayaan itu bukanlah banyaknya perbendaharaan, akan tetapi (hakikat) kekayaan itu adalah kekayaan jiwa.”

55. Memiliki kekuatan

Islam adalah dienul kekuatan yang tidak bisa ditindas. Maka, hamba yang shalih haruslah seorang yang kuat imannya, kuat akhlaknya, kuat ilmunya; kuat amal dan jihadnya, serta kuat pendapat dan kata-katanya (komunikasi).

Untuk meraih kekuatan ini dibutuhkan pertolongan dari Allah. Firman Allah subhanahu wa ta’ala, “Sesungguhnya Rabb-mu adalah Dzat Yang Mahakuat lagi Mahaperkasa.” (QS. Hud {11}:66).

56. Menyembunyikan amal kebaikan

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan …” (QS. Ibrahim {14}:31).

57. Pemurah dan dermawan

Hamba yang shalih haruslah seorang yang dermawan dengan apa yang dimilikinya, sehingga ia rela memberikan harta atau nasihat, atau ilmu, atau hal lainnya yang bermanfaat bagi saudara-saudarinya sesama muslim. Segala hal yang di dermakannya itu harus dengan cara ikhlas karena Allah, di samping kondisi dirinya yang leluasa, karena Allah tidak membebani seseorang, kecuali sesuai dengan kadar kesanggupannya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu.” (QS. Al-Baqarah {2}:254).

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia memuliakan (bersikap pemurah) kepada tamunya.”

Sikap dermawan yang paling baik adalah orang yang mendermakan hartanya, dan bisa menjaga diri dari menerima harta dari orang lain. Tidak ada kebaikannya bagi harta, kecuali jika diiringi oleh sifat kedermawanan.

58. Memiliki sifat ksatria

Sifat ksatria adalah hiasan jiwa. Di antara bentuk sifat ksatria seseorang, adalah menahan diri dari hal-hal yang haram, menjauhi dosa, adil dalam menjatuhkan hukum, tidak berbuat zhalim, tidak tamak terhadap apa yang tidak menjadi haknya, dan tidak membantu orang yang kuat dalam menghadapi orang yang lemah.

Al-Hakim dan al-Baihaqi meriwayatkan dari Sa’id bin Abi Waqqash, bahwa dia berkata, “Seseorang datang kepada Nabi saw seraya berkata, “Ya Rasulullah, berikanlah wasiat kepadaku!” Beliau saw kemudian bersabda, “Jangan berharap terhadap apa yang ada di tangan orang lain dan jauhilah sifat tamak, karena ia merupakan kemiskinan yang datang. Kerjakanlah shalat seakan engkau akan berpisah (dari dunia ini). Hindarilah sesuatu yang menyebabkanmu harus meminta maaf sesudah engkau melakukannya.”

59. Selalu memeberi nasihat

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara.” (QS. Al-Hujurat {49}:10).

Imam Muslim meriwayatkan dari Tamim bin Aus Ad-Dari ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Dien adalah nasihat.”—hingga tiga kali—kami (para sahabat) bertanya, “Untuk siapa, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Untuk (menaati) Allah, Rasul-Nya dan pemimpin kaum muslimin serta seluruh kaum mukminim pada umumnya.”

Nasihat adalah keinginan atau kehendak untuk mengekalkan nikmat Allah, atau saudara muslim yang di dalamnya terdapat kebaikan. Seorang hamba yang shalih tentu berusaha untuk selalu memberi nasihat dan tidak pernah bakhil untuk memberikannya, baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan.

Alla subhanahu wa ta’ala berfirman, “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.” (QS. Ibrahim {14}:24).

60. Tidak berlebih-lebihan dan memamerkan harta

Maksud dari berlebihan adalah melampaui batas dalam hal perkataan maupun perbuatan. Al-Baihaqi dan Ath-Thabrani meriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Mohonlah pertolongan kepada Allah untuk memenuhi segala kebutuhan dengan cara menyembunyikannya, karena setiap orang yang mendapatkan nikmat itu pasti di-iri oleh orang lain.”

Dalam hadits muttafaq ‘alaih disebutkan riwayat dari Abi Wail Syaqiq bin Abi Salamah, bahwa dia berkata, “Adakah Ibnu Mas’ud biasa mengingatkan kami pada hari kamis, lalu seseorang berkata kepadanya, ‘Wahai Abu Abdirrahman, aku sebenarnya ingin agar engkau mengingatkan kami setiap hari.’ Ibnu Mas’ud menjawab, ‘Sebenarnya yang mencegahku dari melakukan hal seperti itu (memberi nasihat setiap hari) adalah karena aku tidak ingin membuat kalian jemu. Dan sesungguhnya aku memberikan nasihat kepada kalian seperti halnya Rasulullah saw memberikan nasihat kepada kami karena Beliau khawatir jika kami jemu.”

Imam Muslim dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Celakalah orang-orang yang berlebihan (memaksa-maksakan diri). Beliau mengucapkannya hingga tiga kali.”

61. Selalu memenuhi janji

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra’ {17}:34).

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tanda orang munafik itu ada tiga; Jika berbicara, dia berdusta; Jika berjanji, dia mengingkari; Dan jika dipercaya, dia khianat.” Dalam riwayat Muslim terdapat tambahan, “Sekali pun dia mengerjakan shalat dan zakat, serta mengaku sebagai muslim.”

Abu Dawud dan at-Tirmidzi meriwayatkan dari Umar bin Abasah, bahwa dia berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa mempunyai ikatan janji dengan suatu kaum maka janganlah dia melepaskan janji itu dan jangan pula menguatkannya, sampai selesai masanya atau jika kedua belah pihak sama-sama bersepakat membatalkannya.”

Subhanallah, demikianlah duhai Sahabat yang dirahmati oleh Allah swt, 61 Prinsip Pribadi Mukmin yang saya rangkum dari kitab “Laa Tansa Yaa Muslimin” karya al-Mukarom Muhammad Khalis Mu’tashim rahimakallah. insyaAllah barokah dan manfaat, Allahumma amiin…

by : Muhammad Dive

Prinsip Pribadi Muslim


Prinsip (41-50) Dari 
61 PRINSIP PRIBADI MUKMIN


 Klik Catatan Sebelumnya :  


41. Ketenangan hati

Ketenangan adalah akhlak para pemilik akal yang cerdas, ilmu yang kokoh, keimanan yang kuat, dzikir yang tulis, dan kebenaran yang hakiki. Yaitu ketenangan hati, tanpa adanya goncangan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d {13}:28).

Kunci ketenangan dan ketentraman hati adalah dzikrullah dengan cara selalu membaca kitab-Nya dan merenungi ayat-ayat-Nya.

42. Memiliki sifat cemburu

Seorang hamba yang shalih memiliki sifat cemburu terhadap dienul dan aqidahnya, terhadap kemuliaan dan kehormatan dirinya, serta terhadap nilai-nilai dan segala yang menjadikannya mulia. Merasa cemburu terhadap larangan-larangan atau batasan-batasan Allah jika sampai dilanggar oleh manusia, dan juga cemburu terhadap kebenaran jika sampai direndahkan oleh manusia.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Katakanlah: "Rabb-ku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-A’raaf {7}:33).

43. Tidak berlebih-lebihan

Laki-laki yang shalih menempuh jalan yang seimbang (tengah-tengah), yaitu antara berlebihan dan mengabaikan, antara kelewat batas dan kurang, serta antara ekstrim dan ‘menyepelekan’.

Jalan tengah adalah jalan lurus yang ditempuh olehnya. Jalan ini tidak akan memalingkan orang yang menempuhnya, menuju satu sisi dengan mengalahkan sisi yang lain, sehingga tidak seimbang.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al-Furqaan {25}:67).

44. Menjaga kemuliaan diri

Orang yang shalih selalu menjaga kemuliaannya, karena kemuliaan manusia itu sangatlah mahal. Di samping itu, ia juga menghormati kemuliaan orang lain. Kemudian adalah perasaan seseorang mengenai eksistensi dirinya sebagai makhluk yang mulia, di samping (juga) memuliakan orang lain.

Allah subhanahu wa ta’ala, “Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra’ {17}:70).

45. Tidak mengganggu orang lain

Seorang muslim hendaknya benar-benar mewaspadai tindakannya sendiri dari perbuatan yang sekiranya dapat mengganggu orang lain. Termasuk di dalamnya adalah tindakan yang dapat mengganggu kenyamanan masyarakat umum.

Salah satu kebiasaan yang tidak baik, yang masih sering dijumpai adalah duduk-duduk di jalan tanpa ada tujuan yang bermanfaat. Perbuatan tersebut sudah dilarang sejak Rasulullah ada, karena membuat orang yang ingin lewat menjadi tidak nyaman.

Al-Bukhari, Muslim dan Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Sa’id, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Hindarilah duduk-duduk di jalanan!” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, kami tidak punya tempat duduk lainnya yang kami pakai untuk bercakap-cakap.” Beliau saw kemudian bersabda, “Jika kalian tidak mau, maka berikan hak kepada jalan!” Mereka bertanya, “Apakah hak jalan itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Menundukan pandangan, tidak mengganggu, menjawab salam, serta memerintahkan yang makruf dan mencegah kemungkaran.”

46. Selalu tenang dalam bertindak

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Kemudian, Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah {9}:20).

Keterangan diturunkan Allah kepada Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Ketenangan muncul dari ketundukan dan kepasrahan kepada Allah swt, serta keyakinan akan kekuasaan, perlindungan dan pertolongan-Nya. Semua itu akan tercermin dari ketenangan dalam berpikir, berbicara, memutuskan sesuatu, dan dalam bertindak.

47. Pemberani

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Rabb-nya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Ali Imran {3}:169-170).

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Abu Aufa bahwa Rasulullah saw bersabda, “Berangkat (jihad) pagi-pagi atau petang hari di jalan Allah adalah lebih baik dari dunia dan seisinya.”

48. Giat bekerja dan mandiri

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah {9}:105).

Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk giat bekerja, dan menjadi mandiri. Diharapkan dengan usahanya tersebut, seorang muslim akan bermanfaat bagi masyarakat, bukan menjadi beban.

Dalam hadits muttafaq ‘alaih disebutkan hadits dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian mau mencari seikat kayu bakar lalu dibawa di atas punggungnya (untuk dijual), maka itu lebih baik baginya daripada meminta-minta kepada orang lain, entah yang diminta itu mau memberi atau tidak.”

Al-Bukhari meriwayatkan dari al-Miqdam bin Ma’dikarib, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seseorang itu menyantap makanan yang lebih baik daripada makan hasil kerja sendiri! Dan sesungguhnya, Nabi Dawud makan dari hasil kerja tangannya sendiri.”

49. Jujur

Kejujuran merupakan cerminan dari kemuliaan akhlak seseorang. Di antara bukti kejujuran itu adalah jika setiap ucapan dan amal yang dikerjakan, hanyalah karena Allah dengan meninggalkan sikap pamer dan ingin mendapatkan balasan dari sesama makhluk. Kejujuran seperti itulah yang membuat seseorang berbuat konsisten dalam perbuatannya, baik saat di depan orang lain maupun saat sendiri.

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Kalian harus bersikap jujur, karean kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan itu membawa kepada surga. Seseorang masih terus bersikap jujur dan melatih kejujuran sehingga dia ditulis disisi Allah sebagai shiddiq. Jauhilah kebohongan, karena kebohongan itu membawa kepada tindakan dosa, sedangkan dosa itu membawa kepada neraka. Seorang hamba masih saja berbuat kebohongan dan terbiasa melakukan kebohongan, sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai pembohong.”

50. Bersikap adil

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl {16}:90).

Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada setiap hamba-Nya untuk bersikap adil dalam segala hal. Adil di antaranya memiliki pengertian tidak berat sebelah (mengambil pertengahan) serta obyektif dalam memandang permasalahan, sebagaimana firman-Nya : “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) umat yang adil (pertengahan).” (QS. Al-Baqarah {2}:143).


by : Muhammad Dive

Prinsip Pribadi Muslim


Prinsip (31-40) Dari 
61 PRINSIP PRIBADI MUKMIN



Klik Catatan Sebelumnya :  


31. Memudahkan persoalan

Sifat hamba yang shalih adalah mempermudah dan meringankan segala urusan yang positif, baik terhadap dirinya dan orang lain. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Mudahkanlah dan jangan mempersulit. Gembirakanlah dan jangan buat orang lain lari.”

Memudahkan masalah dalam arti tidak membesar-besarkan masalah, menyelesaikan semua urusan secara logis dan dengan cara yang terbaik, serta dibenarkan menurut ajaran dienul Islam. Banyak hal-hal yang sangat penting menjadi terbuang sia-sia dengan mempersulit urusan yang sebenarnya mudah, di antaranya adalah waktu dan biaya.

Dengan mempersulit orang lain, berarti kita telah bersikap dzalim terhadapnya. Sedangkan Allah swt tidak pernah mendzalimi hamba-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah {2}:286).

32. Wara’

Sifat wara’ menunjukkan ciri orang yang bertakwa. Wara’ adalah sifat menahan diri dan meninggalkan setiap yang masih diragukan apakah halal atau haram (syubhat), terlebih terhadap perkara diharamkan.

Dengan demikian, seorang yang wara’ akan penuh perhitungan, berhati-hati, dan waspada dalam setiap langkah hidupnya sehingga terlindung dari perbuatan-perbuatan syubhat dan juga amal yang tidak diridhai Allah subhanahu wa ta’ala.

33. Penyantun dan murah hati

Sifat penyantun merupakan akhlak yang agung, tinggi kedudukannya, serta terpuji. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi pengiba, dan suka kembali kepada Allah.” (QS. Huud {11}:75).

Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah sifat murah hati itu ada pada sesuatu, melainkan ia akan menghiasinya, dan tidaklah ia tercabut dari sesuatu melainkan ia akan menjadikannya buruk.”

34. Selalu menjaga lisan dan mengucapkan perkataan yang baik

Hamba Allah yang bersih hatinya, akan selalu menjaga lidahnya dari perkataan yang sia-sia apalagi kotor dan tercela seperti menggunjing (ghibah), memfitnah atau mangadu domba dan sebagainya. Sebagai umat Rasulullah saw, kita harus berhati-hati dan memperhitungkan lisan kita, karena bahaya yang ditimbulkan dari ketergelinciran lisan, yaitu neraka.

Dalam hadits riwayat Ahmad dan yang lainnya, dari Mu’adz bin Jabal ra, bahwa ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah kami akan di hisab atas kata-kata yang kami ucapkan?” Nabi saw menjawab, “Ibumu kehilangan dirimu hai Mu’adz! Bukankah manusia tersungkur ke dalam Nuur di atas wajah-wajah mereka, melainkan akibat dari lisan mereka?

Selain itu terdapat hadits lain, yang menjadi peringatan kepada kita untuk benar-benar menjaga lisan. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya seorang laki-laki berbicara dalam suatu kalimat yang tiada dia sangka akan berakibat seperto itu. Allah menetapkan kemurahan-Nya atasnya sampai hari pertemuan dengan-Nya.” (HR. Malik dan at-Tirmidzi).

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih dinaikkan-Nya.” (QS. Father {35}:10).

35. Khusyu’ dalam ibadah

Hamba yang shalih adalah seorang yang memiliki keimanan yang mendalam dan keyakinan yang kokoh. Khusyu’ adalah kunci kesuksesan dalam beribadah. Kekhusyu’an dalam beribadah, misalnya sholat, adalah salah satu kunci diterimanya shalat oleh Allah swt, dan meresapnya shalat ke dalam hati serta jiwa, sehingga terhindar dari perbuatan yang mungkar.

Allah subhanahu wa ta’al berfirman, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadiid {57}:16).

Al-Hakim meriwayatkan dari Uqbah bin Amir ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seorang mukmin mengerjakan wudhu secara sempurna, kemudian mengerjakan shalat dengan mengetahui apa yang diucapkannya, melainkan dia bangkit (selesai) dari shalatnya seperti ketika ibunya baru saja melahirkan.”

36. Manyayangi sesama

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’ {21}:107).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah rahmat bagi semesta alam. Beliau memiliki sifat penyayang dan memerintahkan kepada umatnya untuk menyayangi sesama. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Jarir bin Abdillah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang tidak menyayangi (sesama) maka dia tidak akan disayangi oleh Allah.”

Hamba yang shalih memiliki sifat yang penyayang baik terhadap kedua orangtua, kaum kerabat, anak yatim, dan terhadap sesama muslim maupun terhadap makhluk ciptaan Allah yang lain, seperti hewan. Ia pun tidak akan pernah berlaku zhalim terhadap yang lebih lemah, bahkan melindungi dan menyayangi mereka. Dengan sifat penyayangnya tersebut, dia akan mudah memaafkan.

Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa dia berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Carilah aku di kalangan kaum lemah (fakir miskin), karena sebenarnya kalian diberi rezeki dan mendapatkan pertolongan karena (berkah doa) kaum lemah itu!

Dalam riwayat Ahmad terdapat tambahan, “Dan barangsiapa yang tidak mau mengampuni (memaafkan), maka dia tidak akan diberi ampunan.”

37. Tidak suka memperlihatkan aib

Hamba yang shalih harus mempunyai kecenderungan untuk menyembunyikan apa yang semestinya disembunyikan, dan menjauhkan diri dari keinginan membuka aurat. Menampakkan aib dan membongkar kehormatan.

Sikap menutupi aib seperti ini akan menyebabkan seseorang untuk terbiasa menutupi rahasia-rahasianya dan menyembunyikan hal-hal pribadi, seperti menyembunyikan sedekah dan menyembunyikan mimpi buruk yang dialaminya.

38. Memiliki kelurusan hati

Maksudnya adalah kejernihan dan kebersihan hati, kesehatannya, kekuatannya, kebersihannya, dan keterjagaannya dari segala penyakit. Hamba yang shalih adalah pemilik hati yang bersih dan murni, bersih dari segala noda syirik dan dosa.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’ara’ {26}:88-89).

Dalam hadits disebutkan, bahwa Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya dalam jasad itu terdapat segumpal darah, jika segumpal darah itu baik, maka menjadi baiklah seluruh jasadnya, dan jika ia rusak, maka menjadi rusaklah seluruh jasad. Segumpal darah itu adalah hati.”

39. Memaafkan dan toleran terhadap orang lain

Hamba yang shalih adalah seorang yang suka memaafkan. Memberi maaf merupakan salah satu akhlak al-Qur’an. Dengan akhlak ini, seseorang berarti membersihkan dirinya sendiri, dan meningkatkan martabatnya di sisi Allah dan juga di mata sesama manusia.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Asy-Syu’ara’ {42}:40).

Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tiada sebuah doa yang diucapkan oleh seorang hamba yang lebih utama daripada doa. “Ya Allah, aku memohon maaf dan kesehatan kepada-Mu.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Ya Allah, aku mohon kepada-Mu pemaafan di dunia dan di akhirat.”

40. Selalu melakukan ketaatan

Mereka mengatakan, “Kami dengar kami taat (sami’na wa atho’na).” (Mereka berdoa) “Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkau-lah tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah {2}:285).

Ketaatan adalah selalu menunaikan kewajiban, dan melaksanakan segala perintah Allah dan perintah Rasul-Nya. Ketaatan kepada Allah merupakan bukti keimanan dirinya kepada Allah.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “…Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) …” (QS. An-Nisa’ {4}:34).


by : Muhammad Dive