9 Mei 2011

Susahnya Mengenali Diri Sendiri


Seberapa susahnya sebenarnya kita mengenali diri sendiri tu..?
Kadang2 kita ini begitu pintarnya mengenal orang lain, tapi kita sendiri tidak mengenal diri kita sendiri.
‘Barangsiapa mengenal diri (sejati)nya, akan mengenal Tuhannya’. Man ‘Arafa Nafsahu, Faqad ‘Arafa Rabbahu. Konon itu kata-kata Baginda Rasulullah SAW (walaupun masih ada banyak perdebatan mengenai siapa sebenarnya yang mengucapkan kata-kata tersebut, tapi di kalangan pejalan ruhani yang pernah mimpi bertemu dengan Baginda Rasul SAW, konon Beliau membenarkan bahwa kata-kata tersebut adalah kata-katanya —red.). Walaupun secara sanad tidak sahih, namun maknanya adalah pengulangan dari ayat Quran, “walaa takuunu kalladzi nasullah, fa ansyahum anfusahum..”, “janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang melupakan Allah, maka mereka sebenarnya melupakan diri sendiri”. Jadi, “Lupa Allah => Lupa diri sendiri”, kalau dibalik secara logika menjadi “ingat/mengenal diri => Mengenal Allah”.

Mengetahui orang lain adalah kebijaksanaan
Mengetahui diri adalah pencerahan.
Menguasai orang lain memerlukan kekuatan
Menguasai diri membutuhkan kekuatan.

Mengenal diri sendiri adalah sebuah kewajiban. Bagaimana mungkin mampu mengimplementasikan perintah Allah, bila diri ini saja tidak dikenal. Lalu bagaimana bisa memahami keinginan Allah SWT. Bagaimana mungkin bisa tunduk kepada_Nya jika tak mengenal siapa diri kita ini. Coba kita perhatikan jawaban2 dari pertanyaan ini, ketika berada di gerbang sakaratul maut :
"Siapa kamu...?"
"Fulan, tuan.."
"Apakah itu namamu...?"
"Betul, tuan.."
"Aku tidak bertanya namamu, tapi aku tanya siapa kamu"
"Saya seorang muslim, saya seorang pengikut Rasululloh tuan"
"Aku sedang tidak bertanya agamamu, tapi aku bertanya siapa kamu...?"

Dia tidak bisa menjawab, terjegal justru oleh sebuah pertanyaan yang sungguh sederhana: siapa dirinya yang sebenarnya.

Untuk mengenal diri diperlukan suatu “pengakuan”, sehingga kita menjadi dewasa dan semakin arif. Dalam pengenalan diperlukan suatu wawasan secara batiniah yang jernih, karena kalau dengan akal maka yang ada hanya sebatas debat yang tidak selesai. Dalam pengenalan diri diperlukan waktu dan pendekatan pada Allah, karena sesungguhnya ruh kita adalah bagian dari Yang Maha Besar. Selama ini kita sering mengabaikan dan tidak memperdulikan ruh kita, sehingga ruh menjadi sang yatim yang terbelenggu dengan segala hijab yang kita ciptakan sendiri. Sudah waktunya kita mengenal dan mencari, sehingga kita tidak tersesat.

Mengenali diri sendiri adalah kunci pembuka untuk mendekatkan diri kepada Allah, betapa sulitnya untuk bisa mengenali diri sendiri jika di dalam hatinya masih terselip sifat sombong dan angkuh, betapa sulitnya memahami diri sendiri jika didalam hatinya ada rasa selalu ingin dipuji, sehingga perasaan2 semacam itulah yang menjadi jurang pemisah yang dapat mempersulit untuk mengetahui siapa dirinya sebenarnya.

MENGENAL DIRI SENDIRI
Langkah pertama untuk mengenal diri sendiri ialah dengan mengetahui bahwa diri itu tersusun dari bentuk-bentuk lahir (yang disebut badan atau jasad) dan bentuk-bentuk bathin (yang disebut qalbu atau jiwa). Yang dimaksudkan dengan Qalbu itu bukanlah yang berupa segumpal daging yang berada disebelah kiri badan (yang dikatakan jantung). Tetapi dialah Roh suci dan berpengaruh di dalam tubuh dan dialah yang mengatur jasmani dan segenap anggota badan. Dialah Hakikat Insan Allah (yang dinamakan diri yang sebenarnya diri). Dialah yang bertanggung jawab dan dialah yang dipuji atau diseksa oleh Allah SWT.

Untuk meneliti dan mengenal diri sendiri itu, maka jasad dapat dimisalkan sebagai suatu kerajaan. Dan roh sebagai Rajanya yang berkuasa dan dialah yang mengatur jasmani. Jasmani adalah sebagai suatu Kerajaan dalam bentuk Alamuasyahadah atau Alam Nyata. Seluruh badan jasmani akan hancur binasa setelah mati, tetapi hakikat Roh dan jiwa tidak akan mati, ia tetap tinggal dalam Ilmu Allah. Dan Rohani / Jiwa adalah sebagai Raja dalam bentuk Alam Ghaib, maksudnya bahwa Roh / Jiwa itu adalah ghaib, keadaannya tidak terpisah-pisah, tidak terbatas oleh waktu dan ruang, tidak tentu tempatnya dalam sesuatu bahagian tubuh, oleh kerana itu maka setiap manusia adalah merupakan pemerintah di atas kerajaan kecil didalam dirinya sendiri. Sungguh benar sekali istilah yang menyebutkan bahwa ”Manusia itu adalah mikromos” atau dunia kecil dalam dirinya sendiri. Sebahagian orang berpendapat bahwa hakekat Qalbu atau Roh itu dapat dicapai dengan cara memejamkan kedua matanya serta melupakan segala yang ada di sekitarnya, kecuali pribadinya. Dengan cara begitu akan dapat juga kilauan dari alam abadi kepada pribadinya (dalam mengenal dirinya).

Tetapi bagaimanapun juga segala pertanyaan yang mendalam tentang hakikat Roh yang sesungguhnya, adalah tidak diizinkan oleh Allah Yang Maha Esa. Didalam Quran Allah berfirman: ”Mereka itu bertanya kepada Engkau Muhammad, tentang Roh, katakanlah bahwa Roh itu urusan Tuhanku, tidak kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit saja” .(S. Isra 85) . Apabila seseorang bertafakur atas dirinya sendiri, maka ia akan dapat mengetahui bahwa dirinya itu pada masa dahulunya, ”tidaknya pernah ada”. Firman Allah: ”Tidaklah manusia itu ingat bahwa kami menjadikannya dahulunya sedang ia belum ada suatu apapun”. Kemudian manusia itu akan mengetahui bahwa ia sebenarnya dijadikan dari setitis air (mani) yang tidak mempunyai akal sedikitpun, tidak mempunyai pendengaran, penglihatan, kaki, tangan, kepala dan sebagainya. Dari sinilah manusia akan mengetahui dengan terang dan nyata, bahwa tingkat kesempurnaan yang ia dapat capai bukanlah ia yang membuatnya, karena sehelai rambut pun manusia itu tidak akan sanggup membuatnya. Dengan jalan memikirkan hal tersebut  maka manusia itu dapat menemukan dirinya di dalam kejadian yang sangat kecil bila dibandingkan dengan Kekuasaan dan Kasih-Sayangnya Tuhan yang menjadikannya. Dan apabila manusia itu berfikir jauh maka ternyata didalam kehidupan ia memerlukan berbagai macam keperluan seperti makanan, pakaian, perumahan dan sebagainya ,yang kesemuanya itu telah tersedia lengkap didalam muka bumi ini.

Disini manusia akan menjadi sadar akan sifat Rahman dan Rahimnya Allah yang begitu besar dan luasnya. Demikianlah alam dunia yang diciptakan Allah penuh dengan keajaiban keajaiban. Rangka jasad adalah bukti Kekuasaan dan KebijaksanaanNya dan penuh pula dengan berbagai-bagai alat kelengkapan yang dibuatNya sebagai tanda Kasih Sayang-Nya, pada keperluan hidup manusia, maka oleh karena itu manusia akan mengetahui bahwa Allah itu ”ADA”. Oleh karena itu benar-benar bahwa dengan penelitian dan pengenalan diri sendiri akan menjadi kunci bagi pengenalan Allah.

MENGENAL ALLAH
Bagian yang penting dalam mengenal ALLAH, datangnya dari perbuatan perbuatan kita bagi mempelajari dan meneliti serta memikirkan diri sendiri, yang memberikan kepada kita kekuatan,kepandaian dan mencintai ciptaanNya. Sifat sifat manusia, bukan hanya menjadi gambaran dari sifat sifat ALLAH, tetapi juga ragam adanya jiwa manusia membawa keinsafan kepada pengertian adanya ALLAH. Maksudnya bahwa kedua duanya yaitu ALLAH dan ROH adalah ghaib, tidak terpisah, tidak terbilang, tidak berupa, tidak berbentuk, tidak berwarna dan tidak berukuran.

Manusia mendapat kesukaran dalam menerima gambaran tersebut, Tetapi kesukaran kesukaran itu sebetulnya dirasakan oleh fikiran kita setiap waktu seperti perasaan marah,sakit ,gembira dan cinta.Hal ini merupakan faham fikiran dan tidak dapat diketahui oleh otak karena disebabkan oleh bentuk-dan ukurannya. Seperti halnya, telinga tidak dapat mengenal warna, mata tidak dapat mengenal suara dan begitu pula dalam mengertikan kenyataan kenyataan pokok yakni Tuhan dan Roh, Kita sendiri hanya dapat sampai pada batas batas yang dapat dicapai oleh akal fikiran dan selebihnya akal fikiran kita tidak sanggup lagi memikirkannya sebegitu jauh. Betapapun juga ,kita dapat melihat bahwa ALLAH itulah yang mengatur alam semesta dan Dia adalah tidak mengenal ruang dan waktu, tidak mengenal bentuk dan ukuran, yang memerintah segenap perkara sesuai keadaannya.Sebagaimana yang telah diuraikan,, ”ROH” tidak mempunyai tempat tertentu dalam sesuatu bahagian badan, tidak terpisah pisah,tidak mengenal bentuk dan ukuran tetapi ia memerintah “JASAD”. Demikianlah ALLAH, tidak mengenal ruang dan masa,tidak mengenal bentuk dan ukuran tetapi DIA memerintah Alam Semesta. Itulah Tuhan Yang Esa,Maha Kuasa,Maha Besar dan Maha Agung.

"Kehidupan sehari-harinya dalam rangka latihan menggapai tataran lebih tinggi, artinya harus berbuat apa saja yg bukan perbuatan melawan rumus Tuhan. Tidak hanya berteori, kata kitab, kata buku, menurut pasal, menurut ayat dst. Namun berusaha dimanifestasikan dalam perilaku dan perbuatan kehidupan sehari-hari."

Sumber : Terjemahan dari kitab ”KimyauSaadah” oleh Al Ghazali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar