15 Jun 2011

Jangan Biarkan Kesedihan Menyelimutimu



Kini aku ingin mencintai hanya untuk sebuah makna yaitu hidup, cinta dan kematian....
Ku renungi hari ini dengan keheningan demi memecah hingar bingar dunia di atas nyanyian sunyi
Aku merasuki seluruh jiwa namun aku hanya ingin berharap Anugrah dari_Mu
Aku datang dengan membawa angan dan akupun ingin pergi dengan membawa pesan
demi seuntai kata hati...hati nan suci yang mampu mencintai dalam duka....

Kini akupun menyadari mengapa Tuhan berikan cobaan yang maha berat ini, sedikit aku membaca isyarat_Mu namun seiring barjalannya waktu, aku jadi terbiasa dan lebih pandai menterjemahkan apa2 yang terjadi pada kehidupanku. Aku tidak lagi mau mengeluh, aku bukanlah manusia yang senang dengan kata menyerah dan aku tak ingin orang lain tau betapa aku sangat menderita...cukup Engkaulah yang tahu ya Allah karena aku yakin segala sesuatu terjadi atas kehendakmu.

Hari ini tepat pukul 7 pagi, bergegas aku merapihkan semua perlengkapan untuk keperluan kantor karena hari ini ada rapat besar dimana aku harus siap mendampingi bosku. Entah mengapa hari ini aku begitu bersemangat tidak seperti hari2 sebelumnya, barangkali aku sudah bisa menetralisir semua permasalahan yang menimpaku. Hatiku ternyata cukup tabah menerima vonis dokter tentang penyakit kangkerku.

Seperti biasa mobil kularikan dengan kecepatan tinggi 15 menit harus sampai, ya..seperti itulah bila semangatku sedang berada pada puncak. Aku memang terkenal dengan istilah srugul demikian teman2 memberikan julukan untukku tapi ternyata mereka menyadari karena aku selalu ingin segala sesuatunya menjadi sempurna hingga tak jarang mereka melihatku seperti seorang yang ceroboh dan tergesa2. Ssssiiiiitttttt....bunyi rem mobil memekakkan telinga, aku sangat kaget dengan kemunculan seorang gadis yang tergeletak di tengah jalan hingga memaksaku mengerem mobil secara tiba2. Tanpa pikir panjang lagi aku bawa gadis tersebut pada RS terdekat hingga semua jadwal kegiatanku dalam satu hari itu berantakan semua, tak apalah..tapi inilah yang Tuhan berikan untukku. Hatiku mengatakan inilah kesempatan yang tak boleh disia-siakan, entah mengapa semenjak aku dinyatakan menderita penyakit kanker ini besar keinginanku untuk selalu menolong orang lain yang dalam kedaan sulit meskipun nyata2 akupun benar2 dalam posisi yang sama.

Itulah awal pertemuan dengan seorang gadis yang usianya tidak berbeda jauh dariku, ternyata dia adalah korban tabrak lari dan yang lebih mencengangkan lagi diapun menderita penyakit yang sama denganku bedanya dia sudah dinyatakan pada stadium yang tinggi. Akhirnya kamipun membina persahabatan yang cukup baik karena latar belakang penyakit kami yang sama, diantara kami seperti mempunyai ikatan bathin yang amat kuat. 3 bulan tak terasa persahabatan kami berjalan dan aku harus rela melihat perjuangannya melawan maut, masih terngiang di telingaku saat pembicaran di malam terakhir sebelum Allah mengambil kesadaranmu satu hari sebelum kepergianmu. Saat kubacakan doa untuk kesembuhanmu sebelum Tuhan menentapkan ajal untuknya. Saat itu kau hanya terdiam dan aku cukup tersentak mendengar ucapanmu saat itu kau berkata "Jangan lagi ngotot berdoa untuk kesembuhanku, karena kesembuhan bukan lagi satu-satunya tujuan doa, aku tidak ingin diberi kesembuhan jika pada akhirnya aku kembali lagi menjadi kehidupanku yang dulu". Terus terang saat itu aku cukup bingung mendengar perkataan itu, cukup lama aku merenung....

Belakangan setelah kepergianmu sahabatku, aku menyadari bahwa ucapanmu tidak sepenuhnya salah, bahkan sangat benar hingga menyadarkanku betapa terbatasnya pengetahuanku akan kebutuhanmu..sungguh hanya Allah yang tahu...

Akupun mulai teringat satu paragraf dalam buku Syekh Abdul Qadir Jaelani yang mengatakan "Wahai orang fakir, janganlah engkau bercita2 menjadi kaya, boleh jadi kekayaan itu menjadi penyebab kehancuranmu. Dan janganlah engkau wahai orang sakit, bercita-cita untuk sehat, boleh jadi hal itu menjadi sebab kebinasaanmu”. Oh sahabatku tersayang boleh jadi kau hanya ingin menjadi kekasih Allah, sehingga kau begitu ikhlas menerima semua ketentuannya.

Sejenak aku mengenangmu kau sempat mengungkapkan cara pandang terhadap akidah dan tauhid. Pada saat kudengar darimu bahwa kau baru divonis kanker stadium tinggi, akupun tahu bahwa kau mengarunginya dengan jalan panjang berbatu yang mungkin telah menghempaskanmu ke sana sini. Tiga tahun telah kau jalani dalam kondisi kesakitan luar biasa. Namun kau pun memahami, tiga tahun tersebut adalah masa pencucian jiwamu sebelum Allah memanggilmu persis sebagaimana yang kau pinta ketika berdoa.

Dari mulutmu pernah kudengar langsung betapa kau pernah melantunkan permintaan kepada Allah swt agar dibersihkan....Keinginanmu saat itu merupakan keinginan seorang hamba untuk menunjukkan penghambaannya kepada Sang Khalik. Pada saat itu sesungguhnya kau telah menyerahkan dirimu kepadaNya meskipun waktu itu kau sendiri pun belum memahami arti penyerahan yang sesungguhnya.

Masa sakitmu selama 3 tahun adalah tahapan baru dalam hidupmu. Di hari kau dinyatakan sakit oleh dokter, sesungguhnya pada hari itulah kau dilahirkan kembali. Ujian yang diberikan oleh Allah kepadamu telah membukakan hijab diantara kau dan Sang Pencipta. Melalui sakitmu, Allah mencurahkan kasih sayangNya kepadamu. Melalui penderitaan panjang, isak tangis kesakitan, perasaan yang menyesakkan hingga kedamaian dalam tahajud di keheningan malam, kau menemukan jalanmu kembali kepada Sang Maha Penyayang. Sungguh itu anugrah yang luar biasa yang baru aku pahami kini.

Aku bersyukur untuk kesempatan yang diberikan Tuhan kepadaku untuk bisa meluangkan waktu yang cukup panjang bersamamu dalam detik-detik terakhir hidupmu. Kata-kata sepertinya tidak pernah cukup bisa menggambarkan rasa kehilanganku atas kepergianmu. Dan akupun kini mengerti mengapa aku dipertemukan denganmu hingga aku bisa belajar memaknai arti semua ini. Terima kasih telah menjadi sahabat terbaik bagiku. Selamat jalan sahabatku, semoga Allah memberikan tempat yang terbaik bagimu di sisiNya dan kelak mempertemukan kita semua di surgaNya. Amin.

Dan akupun kini bisa menjalani hidup dengan penuh keikhlasan walaupun penyakit terus menderaku..
Kini akupun tahu, semua ini benar2 kehendakmu
Hingga akupun penuh rasa syukur menerimanya
Engkau yang maha tahu ya Allah, Engkau yang memberi dan Engkau pulalah yang mengaturnya
Hingga akupun hanya ingin selalu didekatmu.....menjadi kekasihmu
Dalam keheningan dan dalam derai air mataku....

1 komentar:

  1. Dipersembahkan khusus untuk seorang sahabat yang sedikit gelisah dengan ketentuan_Nya, tapi dia adalah seorang yang tegar dan patut dijadikan teladan.....

    BalasHapus