26 Feb 2011

Diskusi Seorang Ibu dan Ustadz


Ibu : "Pa Ustadz saya pengen tanya, saya sudah menikah selama 6 tahun, semula suami saya rajin shalat. Namun setahun kemudian setelah dikaruniai anak, ia jarang shalat malah sekarang sering mabok2kan, penyebabnya karena suami saya di PHK dari tempat kerjanya. Kalau saya suruh shalat, katanya saya terlalu bawel dan bilang segala macam yang menyakitkan hati saya. Nah kalau begitu gimana ya pa Ustadz, saya pernah mendengar katanya kalau suami ga shalat hukumnya haram ketika bersetubuh dengan istrinya. Apakah betul pa Ustadz...?"

Ustadz : "Kalau suamimu ga pernah sholat setan pun bisa takut"

Ibu : "Lho kok begitu....?"

Ustadz : "Setan, Iblis dan sebangsanya hanya sekali dia melanggar perintah Allah neraka jahanam balasannya, nah suamimu berapa kali ga sholat berarti tempatnya lebih rendah dari setan, Iblis dan sebagainya itu.. makanya setanpun takut bergaul dengan mahkluk yang lebih rendah dari dia"

Ibu : "Ah...Pa Ustadz bisa aja, serius ni pa....?!"

Ustadz : " Lha ibu saya juga serius, kalau begitu begini saja bu perbaiki  ajakan dakwah secara lisan, beri keteladan lewat perbuatan Ibu, atau kekhusukan doa ibu untuk suami, sesuai firman Allah, 'Serulah kepada jalan (agama) Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara sebaik-baiknya.  Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang sesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.'(QS An-Nahl:125)
Ibu paham kan dengan ucapan saya..?" 

Ibu : "Saya paham pa Ustadz, terus dengan pertanyaan saya gimana tu pa...?

Ustadz : "Jika seorang wanita menikah dengan pria yang tidak pernah menunaikan shalat jama’ah, begitu pula tidak menunaikan shalat lima waktu di rumahnya, maka nikahnya tidaklah sah. Karena orang yang meninggalkan shalat itu kafir sebagaimana hal ini dijelaskan dalam Al Qur’an, hadits dan dapat dilihat pula dalam perkataan para sahabat. ‘Abdullah bin Syaqiq mengatakan, 'Dulu para shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir kecuali shalat.' Jika laki-laki semacam itu dinyatakan kafir, maka tentu saja wanita muslimah tidak halal baginya."

Ibu : "Oh..begitu ya, apakah ada firman Allah yang mengatakan seperti itu....?"

Ustadz : " Allah Ta’ala berfirman :
فَإِنْ عَلِمْتُمُوهُنَّ مُؤْمِنَاتٍ فَلا تَرْجِعُوهُنَّ إِلَى الْكُفَّارِ لا هُنَّ حِلٌّ لَهُمْ وَلا هُمْ يَحِلُّونَ لَهُنَ
“Maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka.” (QS. Al Mumtahanah: 10)

Ibu : "Jadi gimana dengan nasib saya, masa saya harus bercerai...bagaimana nasib anak saya...?"

Ustadz : "Begini ya bu, kalau suami ibu sudah tak mempan dinasehati...tapi Ibu masih sayang kan sama dia...? (Ibu manggut-manggut)....nah coba katakan seperti ini pada suami ibu 'Kata pa Ustadz Allah sudah tidak mau bertemu denganmu, makanya ada orang yang ga bisa sholat..karena kalau Allah menghendaki bertemu dengan hambanya sesulit apapun pasti ada jalan untuk berjumpa dengannya. Nah Allah saja sudah ga mau ketemu apalagi aku' coba katakan seperti itu, 3 hari lagi boleh kembali kesini "

Ibu itupun bergegas pulang dan dengan bangganya dia mengatakan apa yang diberitahukan Ustadz tersebut pada suaminya. Dengan penuh rasa heran dan congkak suaminyapun berkata "Aku akan buktikan kalau apa yang Ustadz itu sampaikan adalah tidak benar, kapanpun aku mau aku bisa berjumpa dengan Allah" bergegas dia mengambil air wudhu dan melakukan shalat demikian terus dia lakukan dengan penuh harapan dalam hati agar segera bisa bertemu dengan Allah.

Tiba hari ketiga ketika ibu itu hendak berangkat menemui Ustadz, suaminya mengikutinya "Aku akan buat perhitungan dengan Ustadz tersebut" sambil menarik lengan sang istri. Dengan penuh rasa heran si istri mengikuti kemauan suami, setiba di tempat tujuan suami tersebut langsung berteriak...
Suami : "Ustadz, siapa bilang Allah tak mau berjumpa denganku....? tiga hari berturut-turut aku melakukan shalat selalu bertemu dengan Allah..!" sambil tersenyum Ustadzpun berkata pada Ibu yang sedari tadi hanya berdiam

Ustadz : "Ketahuilah Ibu, bahwa setiap perjalanan rumah tangga siapa pun, ibarat dua sisi mata uang, ada sisi bahagia dan sisi duka. Saya turut prihatin atas kondisi rumah tangga Ibu karena suami Ibu jarang salat, Ibu pahami  betul bahwa sumber permasalahannya adalah suami Ibu berbuat  dosa besar yaitu ketika tidak mau shalat, berakibat dia menjauhkan diri dari rahmat, kasih sayang dan  petunjuk Allah SWT, hatinya ternoda oleh dzalim pada diri dan orang lain,  artinya dia tidak takut pada Allah SWT. Tentulah, akan mengundang perbuatan dzalim berikutnya,  misalkan berbohong... Pendek kata, ia menjadi suami yang tidak jujur."

Suami terdiam malu, sambil terus mendengarkan ucapan Ustadz tersebut.

Ustadz : " Ujian Ibu, adalah lewat ujian ketidakshalehan suami. Dalam Alquran menerangkan, “Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya diantara istri-istrimu (pasangan-pasanganmu) dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah terhadap mereka, dan jika kamu maafkan dan berlapang dada dan kamu menutupi kesalahannya, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS At-Taghaabun:14) Dari keterangan surat At-Taghaabun tersebut,  tugas Ibu sekarang adalah mendampingi suami dengan ketidakshalehannya semoga ia  taubat kembali pada Allah SWT.   Ia bisa disebut sebagai‘musuh’ Ibu dalam hal tingkat keimanan  yang berbeda dengan Ibu, sehingga Ibu tetap mesti bersikap hati-hati,  waspada pada ketidakshalehan suami  jangan sampai terbawa tidak shaleh juga, jangan mudah diperdaya olehnya, jangan mau diintimidasi olehnya, terutama membela diri  dengan cara berbohong."

Suami : " Bohong kecil itu hal biasa, Lantas dengan shalat saya bagaimana pa Ustadz..?"

Ustadz : "Oh berarti kamu sudah melakukan shalat..! Bagaimana bentuk Tuhanmu itu...?

Suami : Suami terdiam sesaat dan kemudian dengan sombongnya diapun berteriak "Ah..itu bukan urusan pa Ustadz, yang penting saya sudah ketemu titik."

Ustadz : "Memang kamu sudah ketemu, tapi Allah belum mau  dekat-dekat denganmu sehingga kamu tak dapat merasakan keberadaannya. Begini sajalah, kamu sudah pernah merasakan nik'mat nah jika dalam shalatmu sudah terasa nik'mat sebentar lagi Allah pasti menjumpaimu tapi ada syaratnya kau harus melakukan shalat Taubat terlebih dahulu dan bayangkan saat itu kau mati dan berada dalam kubur seorang diri. belajarlah pada istrimu, Nah tiga hari lagi aku tunggu disini"

Setiba di rumah bergegas suami tersebut mengambil air wudhu dan segera melaksanakan shalat taubat sesuai perintah Ustadz tersebut malampun kian larut dan suami itupun tetap melaksanakan shalat sambil membayangkan keadaannya dalam kubur..tiba-tiba sang istri dikejutkan oleh suara tangis suami, bergegas dia menghampiri sumber suara itu dan dilihatnya suaminya dalam posisinya sujud dengan badan bergetar menahan isak tangis. Serta merta istripun sujud syukur melihat keadaan suaminya, tak luput ucapan syukur "Ya Allah terimakasih telah engkau kembalikan suamiku"

Setelah hari ketiga, si Ibupun dengan langkah pasti bergegas menuju rumah Ustadz..namun begitu kaget ketika dilihatnya sang suami sudah lebih dulu sampai di rumah ustadz. Sambil menunduk suamipun meminta maaf pada pa ustadz.

Ustads : "Bagaimana sekarang kamu masih ingin bertemu dengan Tuhanmu..?"

Suami : "Ustadz, sebetulnya saya malu sekali. Apakah masih pantas orang seperti saya ini bertemu dengan Allah....? tapi Ustadz jujur saja setelah saya melakukan apa yang pa Ustadz bilang hati saya jadi lega, pikiran tambah tenang karena saya sudah bisa merasakan suatu kenikmatan yang lain...tinggal satu lagi yang saya belum dapat"

Ustadz : " Apa itu..?"

Suami : " Pekerjaan pa Ustadz "

Ustadz : " Oh...kalau pekerjaan disini banyak, coba itu tolong sapukan halaman pesantren saya... kebetulan sekali tukang sapunya sudah dua hari sakit..!"

Suami : ".................???"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar