13 Feb 2011

Ambil Teladan Dari lebah

Dalam hal ini saya ingin membahas karakter manusia yang dikehendaki Allah SWT yang dapat berkaca pada seekor lebah. Lebah adalah binatang yang mempunyai karakter yang sangat membanggakan, sehingga Rasulullah pernah berkata bahwa "Orang Mu'mim" layaknya binatang lebah. Karakter dasar manusia sebenarnya cenderung seperti lebah sesuai dengan Surah ke-16 adalah An Nahl yang artinya Lebah.
Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan seorang mukmin adalah seperti air, mengalir dengan mudah ke mana saja selama di sana tidak ada hal-hal yang dilarang oleh agama atau hal-hal yang dapat mengurangi kadar keberagamaannya.”


Binatang yang satu ini dianggap paling memenuhi kriteria yang diharapkan dari seorang mukmim. Petiklah suri tauladan dari lebah, akan banyak manfaat yang dapat ditiru dari kehidupan lebah ini. Dia akan bahu membahu dalam mendirikan sarangnya. Lebah akan selalu waspada dari penganiayaan burung padahal tak sekalipun ia pernah mengganggunya. Lebah dianggap kecil dan hina oleh semua jenis burung, tetapi sekiranya mereka tahu apa yang ada di dalam perut lebah dan mencicipinya, niscaya mereka akan memuliakan dan menghormatinya.  Seekor lebah hanya akan hidup untuk rajanya dan seekor lebah lebih banyak bekerja pada malam hari.

Contoh contoh itulah yang dikehendaki dari seorang mukmim meskipun orang-orang mengganggu, menghina, dan menzaliminya, seorang mukmin tidak seharusnya membalas kejahatan mereka. Begitu juga tatkala seorang mukmin dianggap bodoh, kecil, rendah, dan hina. Dia akan membalasnya dengan keindahan iman, ketulusan, rahasia-rahasia Tuhan pastilah mereka rela menjadi tanah tempat kakinya berpijak atau mengangkatnya di atas kepala mereka. Seorang muk'mim tidak hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesenangannya sendiri, ia hidup di dunia ini untuk Allah Swt.. Hidupnya ia pergunakan untuk melakukan ketaatan kepada-Nya serta bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan orang lain.  Demikian juga seorang mukmin. Di waktu malam, saat orang-orang mengurung diri di rumah masing-masing, beristirahat dan tidur, seorang mukmin bangkit melangkahkan kaki mengambil air wudu, salat, lalu bermunajat kepada Tuhan seraya menyerahkan seluruh hidupnya dan mengadukan segala persoalan kepada-Nya.
 
Allah Swt. mengharamkan membunuh dan mengganggu lebah, tetapi menghalalkan manfaat yang dihasilkannya. Begitu pula seorang mukmin. Allah Swt. mengharamkan membunuhnya dan melarang mengganggu harga diri, harta, dan keluarganya, tetapi menghalalkan kebaikan dan manfaat yang diberikannya bagi siapa saja yang berhak menerima. 


Lebah bekerja secara sembunyi-sembunyi. Orang hanya melihat dan menikmati hasilnya. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Dengan ikhlas ia menyembunyikan amalnya dari penglihatan orang. Mereka baru melihat hasilnya nanti pada hari semua amal ditampakkan, yakni pada Hari Kiamat.

Lebah hanya mengambil apa yang ia butuhkan saja dari sesuatu tanpa merusak sesuatu itu. Begitu juga seorang mukmin. Ia hanya mengambil dari dunia ini apa yang benar-benar diperlukannya saja, yang dapat membawa kebaikan bagi diri, agama, dan hatinya. Apa yang ia ambil dijadikannya bekal untuk akhirat tanpa merusak atau menimbulkan kerugian pada sumber asalnya, dan tidak berlebihan. 

Lebah tidak mau keluar dari sarang untuk memenuhi keperluannya pada hari yang berawan, ketika hujan, saat ada angin kencang, atau tatkala ada petir. Dalam keadaan seperti itu, ia tetap bertahan di sarang sampai keadaan benar-benar normal. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Ia selalu berhati-hati dan pandai menahan diri ketika kezaliman merajalela, keharaman tersebar di mana-mana, kekacauan mendominasi suasana, dan keadaan carut-marut. Dalam keadaan yang tidak kondusif seperti itu, ia memilih tinggal di rumah serta menahan mulut dan tangannya, seraya menunggu apa yang akan Allah Swt. lakukan atas keadaan yang tengah berlangsung.

Lebah selalu menjauhi benda-benda yang kotor dan tidak mau hinggap di tempat-tempat yang kotor. Begitu pula seorang mukmin. Ia senantiasa menjaga kesucian diri dari maksiat dan hal-hal yang diharamkan. Ia selalu menjauhi segala sesuatu yang buruk, kotor, dan keji.

Ada sepuluh hal yang dapat menghancurkan dan merusak tatanan kehidupan lebah sehingga aktivitasnya terhenti, yaitu: asap, dingin, panas, awan, api, air, angin, gelap, lumpur, serta gangguan dan serangan dari sesama lebah atau musuh dari luar. 

Demikian juga seorang mukmin. Ada sepuluh hal yang dapat merobek keutuhan hatinya, merusak agamanya, dan menghentikan amalnya yaitu :
  • Kabut kekerasan dan kelalaian hati, 
  • dinginnya rayuan dosa dan maksiat yang menusuk,
  • panasnya hawa nafsu yang membakar,
  • awan keraguan,
  • api kemusyrikan, topan cinta dunia,
  • gelapnya kebodohan, 
  • angin cobaan dan fitnah,
  • bau busuknya keharaman, 
  • lumpur kebejatan, kezaliman dan kemungkaran, 
  • gangguan dari sesama manusia yang secara lahir berbaju iman tetapi hakikatnya penganut bidah dan pengidap kemunafikan, serta gangguan dari musuh, yaitu orang kafir. 
Kita memohon perlindungan kepada Allah Swt. dari segala ancaman membahayakan ini.

Lebah tidak mau berbaur dengan hewan lain yang tidak sejenis meskipun memiliki beberapa sifat yang mirip. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Ia tidak akan berbaur dan bergaul akrab dengan orang yang tidak memiliki sifat yang sama walaupun nama dan bentuk mempunyai kemiripan.  Dari perut lebah keluar lebih dari satu cairan yang berbeda-beda warna. Setiap cairan mempunyai manfaat tersendiri yang mengagumkan. Demikian juga halnya dengan seorang mukmin. Dari hatinya keluar banyak ‘cairan’ yang beragam warna dan manfaatnya. Apa yang keluar dari hatinya itu mengalir lewat mulutnya berupa ilmu, hikmah, kata-kata bijak, isyarat, kecerdasan, cinta dan kasih sayang, kejujuran, nasihat, dan sebagainya.

Lebah takut akan dua hal, yaitu: terik matahari yang menyengat di musim panas dan dingin yang menusuk di musim dingin. Begitu juga halnya dengan seorang muk'min. Ia berada di antara dua hal yang ditakutkan, yakni: ajal yang telah ditetapkan Allah Swt.—karena ia tidak tahu apa yang telah Allah Swt. tentukan bagi dirinya dalam ketetapan itu—dan ketetapan yang akan datang—karena ia tidak tahu apa yang Allah Swt. kehendaki bagi dirinya di masa depan.

Rasulullah saw. juga bersabda, “Seorang mukmin laksana lebah; ia memakan yang baik-baik, mengeluarkan yang baik-baik, serta hinggap di ranting tanpa mematahkannya.”

Inilah salah satu sifat mukmin. Ia memakan hanya yang baik dan memberi makan kepada yang lain pun hanya dengan yang baik. Ia orang baik dan memberi kebaikan bagi sesamanya. Ia memberi tanpa diminta, berlapang dada, bersikap santun, dan jauh dari keinginan menyakiti orang. Di mana pun berada, ia tak pernah membuat kerusakan. Tak heran jika persangkaan orang terhadapnya hanya persangkaan yang baik. Dengan sifat-sifat inilah segolongan kaum mukmin dikenal.
Seorang mukmin. Ia berada di antara takut dan harap. Terlalu berharap dapat merusak tatanan keberagamaannya  dan terlalu takut dapat membuatnya putus asa dari rahmat Tuhan.

Demikianlah kita dapat memetik pelajaran dan manfaat dari seekor lebah, tunjukkanlah pada dunia pribadi seorang mukmim yang sesungguhnya tanpa dinodai dengan berbagai tindakan yang kurang terpuji yang seharusnya tak dimiliki seorang "muslim sejati."


Sumber tulisan :
- Berbagai sumber
- Syekh Abû Thâlib al-Makkî (penulis Qut al-Qulub (Nutirisi untuk Hati)).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar