9 Jul 2011

Shalawat Butuh Tuntunan

Alhamdulillahi. Asy-hadu anlaa ilaahaillallah wa asy-hadu anna muhammadan ‘abduhu warasuluh. Allahumma shalli ‘alaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa ash-habihi waman tabi’ahum bi-ihsaan ilaa yaumiddin.Amma ba’du.

Shalawat adalah salah satu ibadah terbesar yang mana disyari’atkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana Allah telah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

artinya:“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” [Q.S. Al Ahzab:56]
Namun,apakah shalawat itu boleh dengan do’a apa saja? Dengan cara apapun,dengan lafazh-lafazh apapun,karena ia adalah do’a sebagaimana do’a secara umum?
Jawabannya adalah tidak boleh. Sesuai dengan kaidah ushul,lafazh-lafazh yang tidak ada atau tidak diajarkan atau tidak dicontohkan oleh Rasululloh Shallallahu’alaihi wa salam berasal dari Qiyas. Sedangkan Qiyas gugur apabila ada dalil Shahih yang menetapkannya. Dalam pembahasan Ustadz Badrus Salam ketika membahas buku Qowaidus Tahdist,beliau menyampaikan seorang ulama berkata,
“Qiyas itu ibarat memakan bangkai,yang mana kita diharamkan untuk memakannya terkecuali dalam keadaan darurat”
Jadi apabila tidak ditemukan nash,maka kita boleh memakai qiyas,namun qiyas ini tidak boleh bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah. Sebab qiyas pun tetap harus kembali merujuk ke pemahaman yang shahih. Inilah Aqidah dan Manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah. Demikianlah juga tentang shalawat,selama ada dalil tentang lafazh cara bershalawat,maka lafazh-lafazh yang lainnya adalah bathil.
Dalil-dalilnya antara lain:
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Hamzah telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Hazim dan Ad Darawardi dari Yazid dari Abdullah bin Khabbab dari Abu Sa’id Al Khudri dia berkata,kami bertanya:“Wahai Rasululloh,kami telah mengetahui salam kepadamu,lalu bagaimanakah kami bershalawat?”beliau menjawab:“Ucapkanlah:ALLAHUMMA SHALI ‘ALAA MUHAMMAD ‘ABDIKA WARASUULIKA KAMAA SHALAITA ‘ALAA IBRAHIIM WA BAARIK ‘ALAA MUHAMMAD WA’ALAA AALII MUHAMMAD KAMAA BARAKTA ‘ALAA IBRAHIIM WA ‘ALAA AALIIBRAHIIM.
[HR. Bukhari no. 5881]
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Abdullah bin Abu Bakr dari Ayahnya dari ‘Amru bin Sulaim Az Zuraqi dia berkata;telah mengabarkan kepadaku Abu Humaid As Sa’idi bahwa mereka berkata:“Wahai Rasulullah,bagaimana kita bershalawat kepadamu?”beliau bersabda:“Ucapkanlah ALLAHUMMA SHALI ‘ALAA MUHAMMADIN WA AZWAJIHI WA DZURRIYYATIHII KAMAA SHALAITA ‘ALAA AALI IBRAHIM WA BAARIK ‘ALAA MUHAMMADIN WA AZWAJIHI WA DZURRIYYATIHI KAMAA BARAKTA ‘ALAA ALII IBRAHIM HAMIDUN MAJIID.
[HR. Bukhari no. 5883]
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya at-Tamimi dia berkata;saya membaca di hadapan Malik dari Nu’aim bin Abdullah Al Mujmir bahwa Muhammad bin Abdullah Zaid Al-Anshari dari Abdullah bin Zaid yang dia adalah orang yang diberi petunjuk dalam hal panggilan untuk shalat (adzan),dia telah menceritakan dari Abu Mas’ud Al-Anshari dia berkata,“Rasulullah Shallallahu’alaihi wa salam mendatangi kami sedangkan kami berada dalam majlis Sa’ad bin Ubadah,maka Basyir bin Sa’ad berkata kepadanya,‘Allah memerintahkan kami untuk mengucapkan shalawat atasmu wahai rasulullah,lalu bagaimana cara bershalawat atasmu?’Perawi berkata,“Lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi wa salam diam hingga kami berangan-angan bahwa dia tidak menanyakannya kepada beliau. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,“Katakanlah,ALLAHUMMA SHOLLI ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD,KAMA SHOLAITA ‘ALAA AALI IBRHOHIIMA WABARIK ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BAAROKTA ‘ALAA AALI IBROHIIMA FIL ‘ALAAMIINA INNAKA HAMIDUN MAJID”
[HR. Muslim no. 613]
Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Syu’bah telah menceritakan kepada kami Al Hakam dia berkata,saya mendengar Abdurrahman bin Abu Laila dia berkata,Ka’ab bin ‘Ujrah pernah menemuiku,lalu dia berkata:“Maukah kamu aku beri petunjuk? Sesungguhnya Nabi shallallahu’alaihi wa salam pernah keluar menemui kami,lalu kami bertanya:“Wahai Rasulullah,kami mengetahui salam kepadamu,lalu bagaimanakah caranya bershalawat kepadamu? Beliau menjawab:“Ucapkanlah ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA SHALAITA ‘ALAA IBRAHIIM INNAKA HAMIIDUN MAJIID. ALLAHUMMA BAARIK ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BARAKTA ‘ALAA AALI IBRAHIIM INNAKA HAMIIDUN MAJIID.”"
[HR. Bukhari no. 5880]
Telah bercerita kepada kami Qais bin Hafsh dan Musa bin Isma’il keduanya berkata telah bercerita kepada kami ‘Abdul Wahid bin Ziyad telah bercerita kepada kami Abu Farwah Muslim bin Salim Al Hamdaniy berkata telah bercerita kepadaku ‘Abdullah bin ‘Isa dia mendengar ‘Abdur Rahman bin Abi Laila berkata;Ka’ab bin ‘Ujrah menemui aku lalu berkata,“Maukah kamu aku hadiahkan suatu hadiah yang aku mendengarnya dari Nabi Shallallahu’alaihi wa salam.”Aku jawab:“Ya,hadiahkanlah aku”. Lalu ia berkata:“Kami pernah bertanya kepada rasululloh shallallahu’alaihi wa salam,“Wahai rasululloh,bagaimana cara kami bershalawat kepada tuan-tuan kalangan ahlu bait sementara Allah telah mengajarkan kepada kami cara menyampaikan salam kepada kalian?”". Maka beliau bersabda:“Ucapkanlah ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA SHALAITA ‘ALAA IBRAHIIM INNAKA HAMIIDUN MAJIID. ALLAHUMMA BAARIK ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BARAKTA ‘ALAA AALI IBRAHIIM INNAKA HAMIIDUN MAJIID.“”
[HR. Bukhari no. 3119]
Hadits Bukhari no. 4424 Lafazh shalawatnya sama seperti hadits Bukhari no. 3119 namun dari jalan Abdullah bin Yusuf dari Al Laits dari Ibnu Al Haad dari Abdullah bin Khabbab dari shahabat Abu Sa’id Al Khudri
Begitu banyak para shahabat yang meriwayatkan dan bertanya tentang cara bershalawat maka tak ayal lagi,shalawat atas Nabi Shallallahu’alaihi wa salam harus sesuai dengan tuntunan. Sebagaimana Sholat juga harus sesuai dengan tuntunan Beliau Shallallahu’alaihi wa salam. Dan,dari setiap riwayat shalawat tidak ada satupun riwayat yang memberikan atau menyisipkan kata-kata “SAYYIDINA”atau “SAYYIDINA WA MAULANA”tidak pernah ada.
Wallahu a’lam bishawab.
catatan:
-Hadits-haditsnya saya mengambil dari lidwa pustaka yang mungkin untuk penomorannya berbeda dengan cetakan lainnya.

By Abu Aisyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar