28 Jul 2011

Harga Sebuah Pengorbanan



kesetiaan kadang tidak terdeteksi dalam sebuah hubungan yang hanya berlandaskan hasrat penuh nafsu, sering kali hal-hal yang banyak orang anggap sepele namun mampu mengajarkan sesuatu yang sangatlah berarti dalam kehidupan. Betapa harga sebuah pengorbanan kepada manusia itu amatlah mahal, harus ditebus dengan cucuran air mata dan perihnya hati yang berkepanjangan. Harga inilah yang memberikan sebuah nilai dalam hidup, ketika sedikit saja salah melangkah maka bersiaplah menuju gelombang kehidupan yang akan dihantam ombak dan diayun dalam gulungannya hingga terhempas..terjatuh. Jika bukan karena ingat kepada_Nya hilanglah arah tujuan.....


Kisah ini sama halnya dengan birunya langit yang mengajarkan akan suatu hal, segalanya akan selalu berganti walau sebelumnya cerah sesaat berganti mendung menutupi hamparan luas birunya langit, anginpun akan membantu melukiskan takdir  mengganti kelabunya langit mejadi biru nan elok. Langit biru seolah menitipkan senyuman matahari, mereka ingin kita selalu tersenyum, tersenyumlah untuk sekarang dan nanti sampai waktu cukup untuk melepas kita pergi, karena dengan senyuman segala hal yang menyiratkan kesedihan akan berangsur menghilang dan membuat segalanya terasa lebih mudah, kala kesedihan itu menghampiri ingatlah setiap kebahagiaan yang kita terima selama ini, bukankah porsi kebahagiaan lebih banyak dibandingkan kesedihan, lalu apa lagi yang kita risaukan? Karena setiap kesedihan atau kebahagiaan akan segera berakhir dan berganti dengan peristiwa lagi, sebuah proses pembelajaran untuk memahami mengapa kita harus hidup saat ini....

Aku berjalan hanya dengan mata hati, 
Bernafas hanya dengan tekad, 
Aku mendaki penuh dengan teka teki, 
Dimanakah matahariku?


Aku seorang wanita yang berasal dari keluarga yang sederhana, aku anak ketiga, ayahku seorang AURI dan mamaku seorang kepala sekolah. Tentulah bisa dibayangkan bagaimana mereka mendidik kami, didikan agama di keluarga kami sangatlah keras dan ayah akan sangat marah jika diantara anak2nya ada yang melalaikan shalat maupun ngaji. Jangankan shalat wajib, shalat sunatpun berubah menjadi wajib bagi kami karena setiap jam 3 malam ayah selalu membangunkan kami untuk melakukan shalat tahajud bersama-sama. Mesjid di sebelah rumah kebetulan punya ayah sehingga semua aktifitas ibadah selalu kami lakukan di dalam mesjid dan shalat dilakukan dengan berjamaah, itulah gambaran kehidupanku ketika bersama kedua orang tuaku, semua berjalan begitu tertib dan indah.....


Aku tergolong anak yang paling nakal dalam keluarga, aku terkenal tomboi karena kegemaranku pada olah raga karate dan silat. Sangat energik dan selalu serba ingin tahu itulah aku. Aku mudah bergaul, karena keluwesanku dalam pergaulan diam2 aku mulai berpacaran dengan seseorang yang kuliah di kedokteran tingkat 4 dia berasal dari Kalimantan. Saat itu aku kelas 2 SMU, pacarku bernama Dedi... Hubunganku dengannya berjalan mulus hingga aku kuliah. Akhirnya karena kedekatan kami, diapun pun memutuskan untuk masuk agama islam. Tak putus-putusnya aku mengucap syukur alhamdulillah, betapa senang aku saat itu karena apa yang menjadi ganjalan diantara kami sirna sudah. Namun disinilah prahara berawal, berita tentang perpindahan agama akhirnya terdengar oleh orang tua Dedi, mendengar itu semua otomatis keluarganyapun tidak setuju dan semua biaya perkuliahan untuknya dihentikan hingga kuliah Dedipun nyaris terhenti. Demi cinta kami, kubulatkan tekat dan kuputuskan bahwa akulah yang harus berhenti kuliah dan bekerja demi menopang kelangsungan perkuliahan Dedi, walaupun orang tua dengan tegas melarang berhenti kuliah namun aku tetap tak peduli, itulah awal pengorbananku untuknya, hingga usia hubungan kami menginjak 7 tahun.


Akhirnya setelah lulus di kedokteran, kami merencanakan ingin bersilaturahmi pada orang tua Dedi dan saat itu akupun begitu senang, segala persiapan aku lakukan untuk menempuh perjalanan ke Kalimantan. Namun apa yang terjadi sungguh diluar dugaan, detik..., waktu... hingga hari ke hari kunanti ternyata Dedi tak pernah kembali, dia hilang meninggalkanku begitu saja tanpa khabar berita. Hancur sudah semua harapanku, pengorbananku berakhir dengan sia-sia. Derai air mata memenuhi hari-hariku, hidupku mulai tak terarah, hingga akupun mulai mengenal roko sebagai pelarianku. Aku menjadi perokok berat!!


Pengorbananku telah menipuku, hingga tak ada lagi kisah cinta bersamanya yang pantas kukenang semua seolah ilusi hingga aku tersadar ketika segala keluh kesahku tertumpah pada seorang sahabat baik yang kebetulan seorang duda yang ditinggal kabur seorang istri karena seringnya sakit-sakitan. Dari saling curhat dan hati yang sama2 terluka, entah terbesit rasa iba atau apapun namanya akhirnya akupun menyatu dengannya dalam ikatan hati. Aku merasa nyaman berada di dekatnya sekejap aku bisa melupakan luka hati  hingga akhirnya entah dengan perasaan yang mana lagi aku menerima pinangannya. Dengan pertimbangan agar kami tidak menjadi bahan fitnah tetangga, akhirnya  kuputuskan untuk bersedia menjadi istri dari seorang duda yang sakit2an dan usia kami terpaut 25 tahun, tapi hanya dialah obat luka hati saat itu.


Sudah bisa dibayangkan, keputusanku untuk menikah dengan seorang duda beranak 2 mendapat perlawanan dari semua keluarga. Keluarga sangat keras menentangnya tapi aku dengan gigih tetap nekat dan tak pernah kuhiraukan nasehat kedua orang tuaku. Kubulatkan tekad dalam hatiku, aku ingin belajar menjadi seorang istri yang benar2 sholehah.. mengabdi pada suami, ini kubuktikan dengan pernikahan kami yang resmi dan akupun syah menjadi seorang ibu dari 2 orang anak tiri. Kehidupan kami berjalan dengan sangat menyenangkan walaupun sejak usia pernikahan kami, aku tidak pernah disentuhnya karena memang dia sudah tidak lagi mampu memberikan nafkah bathin karena penyakit yang dideritanya tapi aku ikhlas menerimanya, aku mencoba memahami keadaan ini. Pengorbananku kali ini tidak aku persembahkan untuk sesama lagi tapi aku ingin pengorbananku hanya demi Allah. "Sebagai seorang istri aku menyadari semakin dalam cintaku pada suami maka semakin perih luka dihatinya, namun luka itu juga mengajarkan tentang ketulusan dan pengorbanan demi kebahagiaan orang yang dicintai, karena cinta yang hakiki bukan dilewati dengan pujian, cinta yang hakiki justru diuji dengan berbagai peristiwa yang menyakitkan yang membuat hati ini terluka. Allah membentuk dan melatih melalui luka itu, bukan pada seberapa besar luka itu tetapi seberapa besar cinta yang dimiliki untuk menjalani luka itu. Andai cinta itu kecil, luka kecilpun menjadi beban yang berat. Namun diri ini berusaha untuk memiliki kekuatan cinta yang besar, luka sebesar apapun maka akan mampu menanggung luka dan derita yang dialami untuk meraih keridhaan Allah". Hanya dengan keyakinan itulah aku membina mahligai Rumah tangga semua kulakukan semata-mata karena Allah, aku selalu mengharap ridho_Nya.

Puncak dari penyakit suamiku ketika dia membutuhkan cangkok ginjal, berbagai jalan sudah kulakukan untuk mendapatkan biaya namun Tuhan berkehendak lain kali ini benar2 aku diuji. Kesetiaan dan pengabdian inilah yang ingin aku buktikan karena keterbatasan biaya akhirnya kuputuskan untuk mendonorkan ginjalku pada suamiku. Lagi-lagi keluargaku menentang, dengan penuh kasih sayang mereka menasehatiku agar tidak lagi membuat keputusan yang gegabah. Ada rasa keraguan saat itu dalam hatiku namun aku tak sanggup melihat penderitaan suamiku. Dengan perasaan pasrah hanya karena kasih sayang Allah kuputuskan untuk tetap menolong suamiku. Segala upaya sudah aku perbuat, rasanya apapun ingin aku korbankan demi kesembuhan suamiku namun Tuhan berkata lain, suamiku akhirnya tak bisa tertolong dan dia  pergi meninggalkanku....

Perjalananku kali ini adalah sepi, hanya air mata yang sanggup mengantarkanku dalam sendu yang panjang. Akupun berjalan sangat lambat bukan karena gelapnya mata tapi aku sibuk menghangatkan dengan kenangan2 indah bersamanya. Akupun terpuruk lagi, merasa tersiksa, semua derita begitu senang menyentuh kehidupanku dan akupun seperti hilang arah tujuan.

Dengan sisa kekuatan yang ada, akupun mulai menyusun bagian2 hidupku yang tercecer, hari demi haripun kujalani dengan penuh kerja keras, akupun harus membanting tulang demi menghidupi seorang anak yatim piatu yang aku rawat titipan dari seorang pembantu. Ke 2 anak tiriku hidup bersama neneknya, hidupku kini seolah langit biru yang tertutup awan kelabu tak pernah terlihat lagi warna birunya apalagi ada pelangi yang elok menghias indahnya langit biru. Penderitaanku bertambah ketika akupun sakit2an karena kehilangan 1 ginjalku yang telah aku donorkan pada suamiku.

Dalam kebimbangan aku dipertemukan lagi dengan Dedi, dia benar2 marah manakala mengetahui aku sudah pernah menikah. Akhirnya hubungan kami berlanjut karena ternyata kami masih menyimpan rasa cinta itu walaupun berbalut dan bercampur dengan rasa benci. Hubungan kami tidak berjalan mulus dan aku mengetahui bahwa Dedipun sudah menikah, aku ingin menghindar darinya tapi begitu sulit, untuk melampiaskan kekesalan terhadapku aku kerap kali dipukul hingga terjatuh dan itu terjadi berulang kali. Penganiayaan inilah yang akhirnya menjadikan sakit di kepalaku yang mengakibatkan tumor otak.

Dengan kebulatan tekad akhirnya aku melarikan diri dari kehidupannya. pergi dan bersembunyi dengan  berpindah kelain pulau dan hingga sekarang ini aku menjalani kehidupanku sendiri ditemani seorang anak yatim piatu jauh dari saudara-saudaraku. Jika kata maaf bisa mengembalikan kondisiku seperti sedia kala mungkin aku tak pernah lelah menerima kata maaf darinya tapi rasa benci yang kian memuncak dan akupun tak berharap mendengar kata maaf darinya, ingin rasa hati menghapus bayang2nya dalam kehidupanku biarlah Tuhan yang akan membalas semua perlakuannya itu…

Episode inilah yang sekarang sedang aku jalani dimana aku harus berjuang keras untuk mengobati penyakitku, walaupun aku diharuskan banyak beristirahat namun aku tetap harus mencari rupiah demi rupiah untuk mengganti biaya demi biaya pengobatan yang sedang aku jalani. Banyak lelaki datang dalam kehidupanku, ada seorang pria yang rumah tangganya nyaris hancur begitu peduli akan diriku namun saat ini seolah hatiku mati, tak ada lagi benih2 cinta yang bisa tumbuh subur lagi. Aku hanya berharap akan cinta yang benar2 suci tak ingin lagi aku mendekat pada derita terbaik dalam hidup yaitu derita saat kita mencintainya tapi tak bisa hidup bersamanya. Andai aku ditakdirkan jatuh cinta lagi, biarlah aku mencintai dengan caraku sendiri tak ingin aku menukarkan kecintaanku pada sang khaliq.


Disini aku hanya ingin menitipkan pesan, Walaupun segala gangguan dalam kehidupanku selalu menghadangku akibat banyaknya pria yang iseng dan berusaha merayuku bahkan aku nyaris berkali2 hendak diperkosa tapi Tuhan selalu melindungiku dan hingga detik inipun aku masih bisa mempertahankan kesucianku. Akupun sadar barangkali ini hukuman dari Tuhan karena aku selalu membangkang pada orang tua dan selalu mengabaikan nasehat2 mereka. Dan kini akupun bertekad untuk menebus semuanya, aku sekarang kuliah lagi walaupun aku benar2 harus bekerja keras pada siang hari aku bekerja pada sebuah perusahaan dan malamnya aku narik taxi tapi semua ini aku hanya ingin membuktikan bahwa akupun mampu memberikan yang terbaik.....Namun harga pengorbanan ini amatlah mahal bukan hanya keinginan yang tinggal harapan kosong namun ayahku pergi wafat meninggalkanku disaat aku belum sempat membahagiakannya...





Ada satu jalan pahit untuk menggapai harapan, mungkin inilah salah satu jalan untuk dapat berhijrah, jalan pahit yang harus diterima dengan sabar, jalan pedih yang harus diterima dengan ikhlas dan tetapkan pada keyakinan bahwa pasti selalu ada hikmah dari semua kejadian. Rasanya aku hampir dibuat menyerah untuk berkata "cukup sampai disini" tapi mengingat perjuanganku belum selesai, dan ada beberapa janji yang harus aku tepati demi ALLAH maka aku harus bangkit, seberapapun sakitnya.


Aku hanya memohon untuk diganti dengan hati yang baru, hati yang tidak ada amarah, hati yang hanya dipenuhi oleh cinta dan kasih sayang dan hati yang ikhlas, ridho atas semua cobaan ALLAH seberat apapun, ridho menerima, ridho atas sakit ini, dan ridho atas keputusan ALLAH seberat apapun. Setiap rasa perih itu menyayat hati aku gelar sajadah aku larut dalam shalat, mengaji dan berdzikir aku tenggelam dalam lautan ibadah bersama sayatan2 dihati yang belum mampu aku obati, hanya derai air mata yang kini setia menemaniku hingga aku terlelap karena lelah menahan perih dan aku yakin saat inilah Allah bersamaku, bersama-sama orang yang sabar dan dengan setia Dia melimpahkan kasih sayangnya dengan kelembutan juga dengan cintanya dia limpahkan bersama perihnya hati orang2 yang teraniaya...

Note : Cerita ini diangkat dari kisah nyata, dengan harapan bisa dijadikan pembelajaran yang baik dalam kehidupan.


1 komentar: