19 Mar 2011

Jadikan Diam dan Gerakmu Bernilai Ibadah


Santri : " Pa ustadz, saya sering mendengar perkataan 'seimbangkan antara dunia dan akhirat' nah kalau keadaan seperti saya bagaimana pa ustadz...?, sementara waktu saya lebih banyak terbuang untuk mengurusi pekerjaan saya sehingga terus terang saya belum bisa menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat..?"

Ustadz : "Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah Swt mempunyai serangkaian hak-hak yang meliputi dirimu dalam setiap gerakmu, setiap diammu, atau dalam setiap kondisi yang kau berada di dalamnya, atau dalam setiap posisi yang kau duduki, atau terhadap setiap anggota badanmu yang kau pergunakan tiap hari, atau terhadap setiap perangkat yang kau manfaatkan....jadi untuk menyeimbangkan dunia dan akhiratmu jadikan diam dan gerakmu bernilai ibadah"

Santri : " Nah untuk diam dan gerak agar bernilai ibadah itu, bagaimana...? "

Ustadz :"Ya kita harus berupaya untuk ikhlas dalam setiap aktifitas yang kita lakukan. Ini karena, karya kita yang akan diterima-Nya hanya yang benar-benar ikhlas . Berupaya agar seluruh gerak dan diam kita bernilai ibadah di mata Allah azza wa jalla."

Santri : "Oh..begitu ya, pa ustadz...tapi ibadah saya kadang2 sering terpengaruh urusan duniawi. Maksudnya begini pa ustadz, kalau saya lagi stress memikirkan urusan duniawi yang berhubungan dengan pekerjaan maupun keadaan lingkungan yang mempengaruhi kehidupan saya menjadikan iman saya lemah dan ibadahpun jadi terabaikan."

Ustadz : "Untuk itulah kita harus berusaha keras untuk mentaati segala titah-Nya. Titah Allah swt bisa berupa larangan bisa juga berupa perintah, oleh karenanya inti agama kita adalah melakukan yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang. Maka untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah swt, mesti ada upaya keras untuk memaksimalkan potensi yang kita miliki, mohonlah bantuan kepada Allah swt. Salah satu do'a yang diajarkan Rasulullah saw kepada umat ini adalah 'Ya Allah, Bantulah kami untuk (terus) berdzikir kepada-Mu, dan (senantiasa) bersyukur kepada-Mu, dan memperbaiki (kualitas) ibadah kami kepada-Mu'. Tau kan doanya...? "

Santri : " Insya Allah pa ustadz, saya sekarang jadi teringat dengan ucapan ini 'jika kau kejar duniamu maka hanya dunia yang kau dapat tapi jika kau kejar akhiratmu maka dunia dan akhirat akan kau raih' ya...pa ustadz kadangkala pemahaman kita tentang itu semua sudah kita miliki, tapi rasanya kok sulit meneguhkan komitmen pada diri sendiri yang akhirnya jadi dilanggar sendiri "

Ustadz : " Ya seperti itulah ciri manusia, jauh dari sempurna. Saya sendiri sebagai ustadz dalam menasehati orang lain mudah tapi terkadang saya sendiri lupa dengan apa yang pernah saya katakan, tetapi jangan lupa kita harus selalu memberi semangat pada orang-orang yang sedang labil imannya...disitulah beratnya berda'wah "

Santri : "Saya jadi teringat lagu, syairnya begini pa ustadz 'ustadz juga manusia..punya rasa punya hati...' begitu pa ustadz...?!" santripun tersenyum lebar

Ustadz : " Wah...kamu itu bisa aja, dari pada ngelantur coba hitung waktu kita habis untuk apa..? agar pertanyaanmu untuk keseimbangan antara dunia dan akhirat terjawab
• Sholatkah? Paling sholat kita 5 kali sehari. Kalau sekali sholat 5-10 menit berarti cuman butuh waktu 25-50 menit. Nggak nyampe 1 jam tho ..?
• Puasa? Paling-paling kita setahun sekali. Itupun pas Ramadhan. Yang puasa sunah bisa dihitung dengan jari. Ya kan?
• Zakat? Paling setahun sekali. Itupun sebagian besar cuman zakat fitrah. Zakat malnya banyak yang kelupaan.
• Haji ? Wah…belum tentu bagi kita yang pas-pasan. Termasuk yang ngomong juga. Yang punya duit paling-paling seumur hidup sekali. Lha ternyata …. waktu kita itu habis untuk tidur, bekerja, belajar, ngobrol, makan minum, olahraga dsb. Ya..nggak? Dan celakanya, seringkali kegiatan-kegiatan tersebut berjalan dan berlalu begitu saja tanpa muatan/niatan untuk beribadah kepada Allah SWT. Karena tanpa niat untuk beribadah kepada Allah, maka juga tidak akan bernilai ibadah dan tidak akan mendapatkan apa-apa disisi Allah SWT.

Santri : "Lho….apa bisa : tidur, makan, minum, olahraga jadi ibadah....?.

Ustadz : "Ya .. bisa! kenapa tidak! Bukankah Rasulullah pernah bersabda bahwa “Betapa banyak sekali amalan-amalan yang nampaknya sebagai amalan dunia, dengan niat yang benar maka menjadi amalan akhirat. Betapa banyak amalan-amalan yang nampaknya sebagai amalan akhirat tapi menjadi amalan dunia semata karena niat yang salah. Nah sabda Rasulullah ini menjelaskan kepada kita bahwa betapa banyak amalan-amalan, perbuatan-perbuatan yang kelihatannya merupakan amalan dunia semata seperti makan, minum, tidur dsb, tetapi bisa menjadi amalan akhirat atau bernilai ibadah dan mendapatkan pahala disisi Allah. Karena apa? Karena niat yang benar yaitu mengharap ridho Allah SWT. Tetapi sebaliknya. Betapa banyak amalan-amalan yang kelihatannya merupakan amalan akhirat, kelihatannya merupakan ibadah seperti sholat, zakat, haji, puasa dan sebagainya. Tetapi hanya menjadi amalan dunia semata, artinya tidak bernilai ibadah dan tidak mendapatkan pahala disisi Allah. Karena apa? Karena niat yang salah yaitu bukan karena Allah tetapi karena ingin dilihat orang, ingin dipuji dsb. Jadi kata kuncinya adalah Luruskan Niat.
Maka dengan Niat yang benar yaitu semata-mata mengharap ridho Allah, maka insyaallah seluruh aktivitas kita mulai dari tidur, bekerja, belajar, makan, minum bahkan sampai tidur lagi akan bernilai ibadah dan mendapatkan pahala disisiNya.

Santri : "Pa Ustadz! Lha kalau perbuatan yang tidak baik kita iringi dengan niat yang baik bagaimana? Misalnya : kita ngerampok bank tapi hasilnya untuk mbangun masjid gimana pa?" 

Ustadz : "Wah kalo itu, para ulama mengibaratkan kita cuci muka. Cuci muka kan baik tho? Tapi menjadi tidak baik manakala cuci mukanya dengan kotoran, dengan air kencing misalnya. Maka tidak jadi bersih malah semakin kotor. Demikian juga dengan amal buruk diniatkan untuk kebaikan, Misal mencuri untuk sedekah. Itu sama saja dengan cuci muka dengan air kencing tadi. Maka agar hidup kita sesuai perintah Allah yaitu hanya untuk beribadah kepadanya, maka kita harus berbuat baik sesuai tuntunan syariat dan semuanya harus kita lakukan semata-mata dalam rangka beribadah kepada Allah SWT".


Santri : "Saya sekarang paham pa ustadz, segala sesuatu akan kembali kepada nash Qur`an yang mulia, seperti dalam firman-Nya:"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi…"(QS. Al-Qashash: 77) Nah bagaimana dengan penjelasan ayat ini...?"

Ustadz : "Ayat yang mulia itu mengisyaratkan akan perhatian yang sempurna terhadap urusan akhirat (lebih menitik beratkan kepada akhirat), sebagaimana pula ayat tersebut memberikan isyarat untuk tidak melupakan dunia dan bagiannya. Akan tetapi tidak mengambil bagian terbesar dari perbuatan, pekerjaan dan perasaan kita, sebaliknya seorang mukmin hendaknya mengikat hatinya dengan akhirat dalam segenap urusannya, yang besar maupun yang kecil, dan dia tidak lupa untuk memperolah bagian dari dunia atau amal yang mendekatkan dirinya kepada akhirat. Dunia bagi orang mukmin adalah tempat bercocok tanam, yang panennya nanti dituai di akhirat."

Santri : "Sekarang saya betul2 paham pa ustadz, keseimbangan antara dunia dan akhirat akan tercapai apabila diam dan gerakanku jadi bernilai ibadah. Akhirnya saya bisa bersemangat lagi pa ustadz..."

Ustadz : "Itulah gunanya saling memberi nasehat, agar disaat suasana hati naik turun dan iman sedikit drop ada yang mengingatkan....ibarat batere yang sudah soak kan perlu di cas lagi. Kita harus menghargai orang  yang pandai memberikan nasehat ketimbang memberikan limpahan  materi karena semua itu akan menggiring kita pada suatu perubahan yang nilainya tak akan tergantikan oleh materi sebanyak apapun. Ingat tujuan akhir kita adalah Akhirat, kehidupan di Dunia hanyalah pencarian jalan menuju Akhir...."

Santri dan Ustadzpun tersenyum lebar.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar