3 Mar 2011

Kelola Konflik Menjadi Bonus Cinta

Hubungan dalam berkeluarga merupakan fitrah manusia, hubungan itu menjadi sangatlah indah dan harmonis jika peran masing- masing berjalan dengan baik. Dalam hal ini dibutuhkan pengelolaan yang baik, karena dalam hubungan berkeluarga tidak terlepas dari dinamika yang bersumber pada suasana harmoni maupun disharmoni yang semuanya bermula pada pengelolaan konflik dari sumbernya secara baik sehingga apapun yang ada, situasi, gejala dan reaksi yang timbul akan menjadi sebuah potensi kebaikan dan kebahagiaan dan bukan sebaliknya. 


Nikmatilah perbedaan, karena perbedaan itu ternyata sangatlah indah jika kita tahu cara dan kunci untuk mempertahankannya. Bayangkan jika dalam hidup selalu dituntut atau selalu dicari persamaan, yang ada malah jadi melanggar aturan. Lho kok bisa..? Tentu' mari kita lihat contoh hal kecil bukankah hubungan percintaan berawal dari perbedaan dimana hubungan tersebut terjadi antara pria dan wanita. Nah jika yang terjadi sebaliknya jadi terlihat aneh kan, meskipun faktanya banyak terjadi.. yang jelas jadi melanggar aturan. Perbedaan dalam berumah tangga itu bagaikan sebuah sajian orkestra yang membutuhkan gerakan dan permainan bunyi yang harmonis dari berbagai instrumen yang kontradiktif sehingga menimbulkan suara yang merdu dan bukan bunyi yang fals yang memekakkan telinga.

Konflik yang ada dalam pergaulan sosial dan kehidupan keluarga bagaikan garam yang menjadikan masakan lezat dalam kadarnya yang proporsional dan merupakan bumbu bagi bahtera rumah tangga yang membantu pelayaran kapal mengarungi samudera menuju cita-cita keluarga yang bahagia. Konflik tidak selalu negatif dan yang membuat konflik berdampak negatif adalah cara menyikapi dan memahaminya. Jadikanlah konflik menjadi bonus cinta, sehingga selalu diselesaikan dengan perasaan cinta tanpa dicampuri ego dan rasa kebencian...tanamkan poin yang ini..!!

Rumah tangga yang bahagia merupakan impian setiap manusia. Kadar kebahagiaan tersebut sangat dipengaruhi berbagai faktor di antaranya:
Faktor pertama
Masalah ini adalah masalah yang paling dominan karena berhubungan dengan kepribadian masing-masing, kondisi perasaan dan hubungan timbal balik antara individu dalam keluarga.
Faktor kedua
Meliputi hal-hal yang berkaitan dengan masalah ekonomi dan manajemen keuangan keluarga.
Faktor ketiga
Berkaitan dengan pemikiran-pemikiran umum untuk kelangsungan kehidupan rumah tangga. Terutama dalam usaha mencapai idealisasi luhur untuk mewujudkan akhlaq dan agama yang luhur.
Faktor keempat
Berhubungan dengan masalah sosial, hubungan eksternal keluarga, serta yang bersifat pemanfaatan waktu luang intinya untuk kebahagiaan keluarga.

Standar adaptasi suami-istri sebagai modal manajemen konflik rumah tangga untuk mencapai kebahagiaan suami-istri yaitu:

1. Suami istri harus berpijak pada ketentuan Allah
 Segala sesuatu nya dalam kehidupan berumah tangga harus didasari karena ibadah kepada Allah.

2. Suami istri harus selalu memupuk rasa cinta
Rasa cinta suami-istri harus terus menerus dipelihara, dipupuk, dengan selalu meluangkan waktu untuk selalu bersama-sama.

3. Suami-istri harus kompak
Keduanya harus mau mengembangkan cara yang benar dan baik dalam bergaul, saling menolong, membantu serta berusaha menjauhi hal-hal yang dapat menyebabkan keretakan rumah tangga karena perbedaan kepribadian.

4. Suami-istri harus berusaha
Harus mau berusaha bekerja sama mengenang memori bersama-sama, membangun benang kasih sayang dalam setiap kesempatan, harus saling menjamin agar tercapai kepuasan masing-masing. Wajib berusaha bersungguh-sungguh memecahkan setiap problem rumah tangga yang muncul.

5. Suami-istri harus saling memberi
kebebasan mengekspresikan hal yang mungkin dilakukan. Bekerja untuk mengembangkan potensi yang dimiliki selama tidak bertentangan dan mengganggu kehidupan suami-istri dan keluarga. Masing-masing pihak harus berusaha saling mengenal dengan baik agar kesesuaian antara mereka dapat tercapai. Terutama yang paling penting peran istri harus menomor satukan keluarganya dan suami memenuhi kewajibannya.

Ada sebagian yang sudah berusaha keras, namun hasilnya tetap saja konflik berkepanjangan seolah tak mau reda. Jika hal itu terjadi maka strategi, taktik, dan rencana matangpun tidak akan menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan keinginan kita. Bisa jadi, itu adalah suatu bentuk ujian dari Allah dan Allah telah menyiapkan   bentuk yang lain.

Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam. (At Takwir:29)

Dalam hubungan berkeluarga  berikhtiar itu semata-mata karena memenuhi perintah Allah. Manusia hanya berusaha, sedangkan Allah yang menentukan akibat dan hasilnya. Dan kita harus yakin bahwa akibat dan hasil yang dipilihkan Allah untuk kita  adalah yang terbaik.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar